Nilai Pendudukan Tepi Barat Sebagai Apartheid, Mantan Jenderal Israel Sebut PM Netanyahu Gagal
Ilustrasi perbatasan Israel dengan Palestina di Tepi Barat. (Wikimedia Commons/Justin McIntosh)

Bagikan:

JAKARTA - Mantan kepala front utara tentara Israel mengutuk apartheid absolut di Tepi Barat yang diduduki Israel, menyalahkan politisi sayap kanan yang bersekutu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas berlanjutnya pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut.

Itu dikatakan Mayor Jenderal Amiram Levin yang juga menjabat sebagai Wakil Kepala Mossad, saat berbicara dengan Radio Kan Reshet Bet.

Terkenal dengan pernyataan yang menghasut warga Palestina di masa lalu, Mayjen Levin geram kepada Pemerintah Israel, mengatakan tentara hanya diam saja melihat pemukim merajalela dan mulai terlibat dalam kejahatan perang".

"Saya tidak mengasihani orang-orang Palestina, saya mengasihani kami. Kami membunuh diri kami sendiri dari dalam. Bibi (Netanyahu) gagal di sini. Dia menempatkan para penjahat dan penghindar wajib militer di posisi-posisi penting yang, di negara beradab, seharusnya berada di balik jeruji besi," ujarnya, melansir The National News 14 Agustus.

Mayjen Levin kemungkinan besar merujuk pada Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Belazel Smotrich.

Pada tahun 2019, Yitzhak Ilan, mantan wakil kepala badan keamanan internal Israel, Shin Bet, mengatakan bahwa Smotrich telah ditahan sehubungan dengan rencana "serangan teroris" untuk mengganggu penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005.

Sedangkan Ben-Gvir telah dikaitkan dengan organisasi teroris yang ditetapkan oleh AS dan Israel, didakwa oleh pengadilan Israel pada tahun 2008 dengan tuduhan menghasut kekerasan dan mendukung terorisme.

Kekerasan pemukim ekstremis diketahui meningkat di Tepi Barat yang diduduki tahun ini, dipicu oleh anggota pemerintahan sayap kanan PM Netanyahu, termasuk Ben-Gvir dan Smotrich, yang pekan lalu berusaha untuk mengeluarkan keputusan yang menahan dana pemerintah untuk warga Arab Israel dan beberapa daerah Palestina di bawah pendudukan Israel.

Di Tepi Barat, tentara Israel dituding hanya melakukan sedikit atau bahkan tidak melakukan tindakan apapun terhadap para pemukim, dalam serangkaian serangan, termasuk amukan di Turmus Ayya pada Bulan Juni, sebuah Kota Palestina di utara Ramallah, yang menewaskan seorang pemukim, melukai banyak orang dan menyebabkan sedikitnya 30 rumah terbakar.

Kekerasan pemukim, termasuk amukan di kota Huwara dekat Nablus pada bulan Februari, telah menyebabkan sedikitnya 200 orang Palestina terluka dan enam orang tewas tahun ini.

Dalam beberapa kasus, pasukan keamanan dituduh terlibat, misalnya, menembak mati seorang pria Palestina dalam serangan di Turmus Ayya.

Pernyataan Jenderal Levin ini menyusul semakin banyaknya pernyataan politik yang dilontarkan oleh para mantan anggota senior militer dan badan intelijen Israel, yang ditujukan kepada pemerintahan PM Netanyahu, meskipun sebagian besar dari mereka berfokus pada rencana perombakan peradilan yang kontroversial dari sang perdana menteri.

Diketahui, protes telah mengguncang Israel selama delapan bulan atas rencana-rencana PM Netanyahu, yang oleh para kritikus disebut sebagai upaya kudeta.

Sementara, Komando Utara Israel yang pernah dipimpin Levin adalah bagian dari angkatan bersenjata yang bertanggung jawab atas wilayah perbatasan dengan Lebanon dan Suriah.