Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memerintahkan peningkatan produksi rudal dan peluru artileri, agar negara itu memiliki kekuatan militer yang siap berperang kapan pun, lapor media pemerintah KCNA Hari Senin.

Itu disampaikannya saat mengunjungi pabrik industri pertahanan yang memproduksi rudal taktis, platform peluncuran rudal, kendaraan lapis baja, dan peluru artileri pada Hari Jumat dan Sabtu pekan lalu.

Kunjungan tersebut bagian dari rangkaian inspeksi ke pabrik-pabrik industri pertahanan Korea Utara, yang dimulai beberapa hari sebelum Korea Selatan dan AS akan memulai latihan militer tahunan, yang dilihat oleh Pyongyang sebagai latihan perang.

Pemimpin Kim menggarisbawahi, "tujuan penting untuk secara dramatis meningkatkan" kapasitas produksi rudal untuk memenuhi kebutuhan unit militer garis depan yang diperluas dan diperkuat, kata KCNA.

"Tingkat kualitatif persiapan perang bergantung pada pengembangan industri amunisi, dan pabrik ini memiliki tanggung jawab yang luar biasa dalam mempercepat persiapan perang militer kita," ujar Pemimpin Kim, melansir Reuters 14 Agustus.

Di pabrik lain, Ia memeriksa dan mengendarai kendaraan lapis baja tempur utilitas baru, memuji kemajuan baru-baru ini dalam memodernisasi jalur produksi untuk peluru peluncur roket kaliber besar, demikian ungkap KCNA.

Lebih jauh Ia mengatakan, "ada kebutuhan yang sangat mendesak untuk meningkatkan secara eksponensial produksi roket semacam itu, untuk memperkuat unit artileri garis depan".

"Tentara kita harus benar-benar mengamankan kekuatan militer yang luar biasa dan kesiapan yang solid untuk menghadapi perang apa pun kapan saja, sehingga musuh tidak berani menggunakan kekuatan, dan akan dimusnahkan jika itu terjadi," tegas Pemimpin Kim.

Diketahui, militer Korea Selatan dan AS diperkirakan akan mengadakan latihan musim panas 'Ulchi Freedom Guardian' bulan ini. Pyongyang mengecam latihan tersebut sebagai latihan untuk perang nuklir.

Amerika Serikat sendiri menuduh Korea Utara menyediakan senjata kepada Rusia untuk perangnya di Ukraina, termasuk peluru artileri, roket yang ditembakkan oleh individu pasukan (MANPADS) dan rudal.

Baik Korea Utara maupun Rusia membantah adanya transaksi senjata semacam itu di antara kedua negara.