Bagikan:

JAKARTA - Mantan agen FBI yang membelot jadi mata-mata menjual informasi untuk Uni Soviet dan Rusia dengan imbalan uang tunai dan berlian senilai 1,4 juta dolar AS Robert Philip Hanssen, ditemukan tewas pada Hari Senin dalam usia 79 tahun, menurut pengumuman Biro Penjara Federal.

"Pada Hari Senin, 5 Juni 2023, sekitar pukul 6:55 pagi, narapidana Robert Hanssen ditemukan tidak sadarkan diri di Lembaga Pemasyarakatan Amerika Serikat (USP) Florence ADMAX di Florence, Colorado," menurut rilis Biro Penjara Federal, melansir CNN 6 Juni.

Hanssen telah ditahan di Colorado USP Florence ADMAX sejak 17 Juli 2002. Itu adalah fasilitas penjara dengan keamanan maksimal.

"Staf yang merespons segera memulai tindakan penyelamatan jiwa. Staf meminta layanan medis darurat (EMS) dan upaya penyelamatan jiwa terus berlanjut," lanjut rilis tersebut.

"Tuan Hanssen kemudian dinyatakan meninggal oleh personel EMS," tandas rilis tersebut.

Pada tahun 2001, Hanssen mengaku bersalah atas 15 tuduhan spionase dan konspirasi, dengan imbalan pemerintah tidak menjatuhi hukuman mati.

Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, seperti mengutip Reuters.

robert phillip hanssen
Robert Philip Hanssen. (Wikimedia Commons/Federal Bureau of Investigation)

Hanssen bergabung dengan FBI pada tahun 1976 dan mulai menjual informasi rahasia kepada Uni Soviet pada tahun 1985, menurut situs web FBI. Hanssen sendiri mulai menjadi mata-mata Uni Soviet pada 1979, tiga tahun setelah dia bergabung dengan FBI sebagai agen khusus.

Petugas kontraintelijen ini bekerja sebagai mata-mata selama hampir 15 tahun, dalam periode kurun waktu paling penting bagi AS-Uni Soviet, berlanjut melewati akhir Perang Dingin.

Dia sempat mengambil jeda istirahat selama empat tahun dari aktivitas mata-mata pada periode 1980-an, setelah diyakinkan sang istri, Bonnie.

Dalam sebuah surat yang diduga ditulis oleh Hanssen kepada orang Rusia, dia mengatakan terinspirasi saat remaja oleh memoar agen ganda Inggris Kim Philby.

"Saya memutuskan untuk mengikuti kursus ini ketika saya berusia 14 tahun,” kata surat yang dikutip dalam pernyataan tertulis FBI.

adx florence
Penajara ADX Florence tempat Robet Hanssen ditahan di Colorado. (Wikimedia Commons/Federal Bureau of Prisons)

"Saya telah membaca buku Philby," tandasnya.

FBI mulai mengawasi Hanssen pada tahun 2000, setelah dia diidentifikasi dari sidik jari dan dari rekaman yang disediakan oleh agen intelijen Rusia yang tidak puas.

Para penyelidik FBI bekerja selama bertahun-tahun untuk mencoba mengidentifikasi mata-mata di jajaran mereka. Pada minggu-minggu menjelang penangkapannya pada Februari 2001, sekitar 300 personel bekerja untuk menyelidiki dan memantau Hanssen, menurut FBI.

Sebuah tim penangkap membawa Hanssen ke dalam tahanan, setelah memergokinya sedang melakukan "penjemputan materi rahasia" di sebuah taman di pinggiran kota Virginia, kata FBI.

Setelah dia ditangkap pada tahun 2001, Hanssen mengatakan kepada interogator AS-nya, "Saya pikir saya bisa menjadi mata-mata yang menghancurkan, tetapi saya tidak ingin menjadi mata-mata yang menghancurkan. Saya ingin mendapatkan sedikit uang dan keluar dari situ," ungkapnya.

Penyelidik menuduhnya mengkompromikan lusinan personel Soviet yang bekerja untuk Amerika Serikat, beberapa di antaranya dieksekusi.

fbi
Ilustrasi markas pusat FBI. (Wikimedia Commons/Aude)

Selain itu, dia berbagi rincian beberapa operasi teknis AS seperti penyadapan, pengawasan dan penyadapan komunikasi. Dan dia memberi Soviet rencana AS tentang bagaimana mereka akan bereaksi terhadap serangan nuklir Soviet, baik dalam melindungi pejabat tinggi pemerintah maupun membalas serangan semacam itu.

Kasus Hanssen mengguncang komunitas intelijen AS ketika itu, mengungkap kelemahan utama dalam cara FBI dan lembaga lain memeriksa mereka yang memiliki akses ke rahasia negara.

Setelah pengkhianatan Hanssen terungkap, penyelidik mengetahui dia memiliki akses penuh ke FBI dan sistem komputer Departemen Luar Negeri. Ia menghabiskan waktu berjam-jam mencari informasi rahasia tanpa terdeteksi.

Selama 25 tahun bekerja di biro tersebut, dengan akses ke sumber dan metode yang sangat sensitif tentang upaya intelijen AS yang menargetkan Uni Soviet dan Rusia, Hanssen tidak pernah menjalani pemeriksaan poligraf.

Setelah kasus Hanssen, FBI bergerak untuk memperkuat apa yang disebut program ancaman orang dalam yang ditujukan untuk melindungi rahasia negara, dengan meneliti secara cermat keuangan dan perjalanan personel yang memiliki akses ke informasi rahasia, serta meningkatkan penggunaan poligraf untuk menilai karyawan secara rutin. kesetiaan dan kesesuaian.

Sebelum Hanssen terungkap, Direktur FBI saat itu Robert Mueller berkata, "keamanan bukanlah prioritas utama. Tidak ada divisi keamanan. FBI tidak memiliki keahlian yang cukup. Kami pindah untuk mengatasinya," sebutnya.

Hanssen meminta maaf atas tindakannya selama menjalani hukuman pada tahun 2002.

"Saya malu karenanya. Di luar ilegalitasnya, saya telah merusak kepercayaan banyak orang. Lebih buruk lagi, saya telah membuka pintu untuk fitnah terhadap istri saya yang sama sekali tidak bersalah dan anak-anak kami. Saya sangat menyakiti mereka. Saya telah menyakiti begitu banyak orang," pungkasnya.