JAKARTA - Otoritas India pada Hari Senin meluncurkan investigasi resmi atas kecelakaan kereta api paling mematikan dalam dua dekade terakhir, setelah temuan awal menunjukkan kegagalan sinyal adalah penyebab utama tabrakan yang menewaskan sedikitnya 275 orang dan melukai 1.200 lainnya.
Bencana ini terjadi pada Hari Jumat pekan lalu, ketika sebuah kereta penumpang menabrak kereta barang yang tidak bergerak, melompati rel dan menabrak kereta penumpang lain yang melintas di arah yang berlawanan di dekat Distrik Balasore, negara bagian timur Odisha.
Setelah upaya untuk menyelamatkan para korban dan membersihkan serta memperbaiki jalur, kereta api kembali melintas di bagian jalur tersebut pada Hari Minggu malam.
Kereta-kereta melintas perlahan di dekat kompartemen yang tergelincir dan hancur, sementara pekerjaan perbaikan terus berlanjut di sisi rel.
Sekitar 120 km (75 mil) lebih jauh ke utara, di Kharagpur di negara bagian Benggala Barat, para pejabat perkeretaapian dan para saksi berkumpul untuk menyerahkan bukti-bukti pada penyelidikan selama dua hari, yang dipimpin oleh A.M. Chowdhary, komisaris keselamatan perkeretaapian untuk wilayah tenggara.
"Semua orang yang terlibat di lokasi telah diminta untuk bergabung dalam penyelidikan ini. Penyelidikan ini akan memakan waktu dan kami melihat semua sudut pandang yang memungkinkan," terang Chowdhary kepada para wartawan, dilansir dari Reuters 6 Juni.
Sementara itu, Dewan Perkeretaapian India telah merekomendasikan agar Biro Investigasi Pusat (CBI) mengambil alih penyelidikan atas penyebab bencana ini.
Chowdhary mengatakan, ia akan menyerahkan laporannya kepada Dewan Perkeretaapian sementara penyelidikan CBI dapat berjalan secara bersamaan.
Polisi kereta api juga mengajukan pengaduan, yang dilihat oleh Reuters, tanpa menyebutkan nama siapa pun di bawah pasal-pasal dalam Hukum Pidana India yang berhubungan dengan menyebabkan "sakit hati" atau "membahayakan nyawa" karena kelalaian.
Investigasi awal menunjukkan, Coromandel Express, yang menuju ke arah selatan menuju Chennai dari Kolkata, keluar dari jalur utama dan memasuki jalur loop - jalur samping yang digunakan untuk memarkir kereta - dengan kecepatan 128 km/jam (80 mph), dan menabrak kereta barang yang tidak bergerak.
Kecelakaan tersebut menyebabkan mesin dan empat atau lima gerbong pertama dari Coromandel Express melompati rel, terguling dan menghantam dua gerbong terakhir dari kereta Yeshwantpur-Howrah yang sedang melaju ke arah yang berlawanan dengan kecepatan 126 km/jam di jalur utama kedua.
Di rumah sakit terbesar di negara bagian Bhubaneswar, All India Institute of Medical Sciences (AIIMS), pihak berwenang memasang layar televisi besar dengan gambar-gambar para korban tewas untuk membantu para keluarga yang sedang mencari-cari di rumah sakit dan kamar mayat, untuk menemukan teman dan kerabat mereka.
Pradeep Jena, kepala sekretaris Odisha, mengatakan kepada para wartawan, sejauh ini 170 mayat telah diidentifikasi, lebih dari separuh jumlah total korban. Sementara yang lainnya masih mencari kerabat mereka.
"Kami telah memeriksa semua rumah sakit, tetapi tidak dapat menemukan jenazah. Kami benar-benar lelah," kata seorang pria, sambil menunjukkan foto sepupunya yang hilang, Anjarul Hoque.
Ada juga insiden klaim ganda untuk sebuah jenazah di sebuah rumah sakit di Bhubaneswar.
Afuy Shaikh dan Dilip Kumar Sabar sama-sama berusaha untuk mengklaim jenazah dengan nomor tag 63 tersebut. Para pejabat polisi mengatakan, tes DNA akan diperlukan jika identifikasi tidak meyakinkan.
BACA JUGA:
"Kami harus bergerak menuju normalisasi... Tanggung jawab kami belum berakhir," ujar Menteri Perkeretaapian Ashwini Vaishnaw dengan suara bergetar.
Sementara itu, kereta Coromandel Express yang menuju Chennai dijadwalkan akan kembali beroperasi pada Hari Senin untuk pertama kalinya sejak kecelakaan tersebut, namun layanan ini dibatalkan sesaat sebelum keberangkatan.
Aditya Chaudhary, kepala humas South Eastern Railway mengatakan, pembatalan perjalanan tersebut disebabkan oleh kekurangan gerbong kereta.