Bagikan:

NTB - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) untuk proses evakuasi puluhan mahasiswa asal NTB di Sudan.

"Koordinasi kami dengan pusat tidak pernah berhenti, bahkan kami sudah memerintahkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTB bersama Brida NTB untuk terus koordinasi dengan pusat melalui Kemenlu," ujarnya di Mataram, NTB, Rabu 26 April, disitat Antara.

Menurut Sekda, apa yang dilakukan Pemprov pada dasarnya sama saat terjadinya bencana gempa bumi di Turki beberapa bulan lalu.

Di mana Pemprov NTB ketika itu membuka posko pengaduan, maka kali ini pun sama sehingga bisa lebih memudahkan masyarakat yang ingin mencari tahu informasi keluarganya di Sudan.

"Jadi apa yang kami lakukan saat gempa bumi Turki, juga kami lakukan untuk Sudan ini. Kalau dulu dengan Disnakertrans karena ada terkait PMI kita dan BPBD NTB soal kebencanaan, kali ini kita minta Dikbud dan Brida," terangnya.

Meski demikian, lanjut Sekda NTB, mengingat persoalan ini hubungan negara antarnegara maka pihaknya sepenuhnya menyerahkan kepada pemerintah pusat.

"Intinya kami di daerah persoalan evakuasi kepada pemerintah pusat," katanya.

Dilaporkan sebanyak 28 mahasiswa asal NTB berada di daerah perang antara pasukan militer dengan paramiliter Rappid Support Forces (RSF) di Ibu Kota Khartoum Sudan.

Sebelumnya pemerintah menyelamatkan 542 warga negara Indonesia (WNI) pada tahap pertama evakuasi dari Sudan, yang dilanda konflik militer sejak 15 April lalu.

"Sebanyak 542 WNI sedang dalam perjalanan dari Port Sudan menuju Jeddah, Arab Saudi," kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Judha Nugraha melalui pesan singkatnya, Selasa 25 April.

Ia mengungkapkan, Jeddah akan menjadi tempat singgah para WNI yang dievakuasi dari Sudan sebelum mereka diterbangkan ke Tanah Air.

Jumlah WNI yang dievakuasi pada tahap pertama diketahui bertambah dari 538 orang, menurut angka yang diumumkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi pada Senin 24 April, menjadi 542 orang.

Judha menjelaskan tambahan angka tersebut adalah mahasiswa Indonesia yang bergabung dengan tim KBRI Khartoum dan WNI evakuasi lainnya di Port Sudan melalui jalur lain.