Australia Bakal Cabut Persyaratan Tes COVID-19 Bagi Pelancong yang Datang dari China, Hong Kong dan Makau
Ilustrasi terminal satu Sydney Airport, Australia. (Wikimedia Commons/Mw12310)

Bagikan:

JAKARTA - Australia akan mencabut persyaratan bagi para pelancong yang datang dari China untuk melakukan tes COVID-19 sebelum keberangkatan mulai tengah malam pada 11 Maret, kata menteri kesehatan negara itu dalam sebuah pernyataan pada Hari Kamis.

Selain China, langkah-langkah tersebut juga berlaku untuk pelancong dari Hong Kong dan Makau.

"Ini adalah keputusan yang masuk akal dan terukur berdasarkan penurunan jumlah kasus COVID-19 di China, pembaruan data reguler dari China tentang jumlah kasus, dan fakta bahwa kami telah memperkuat kapasitas kami untuk mendeteksi serta menanggapi varian yang menjadi kekhawatiran internasional muncul di Australia," terang Menteri Kesehatan Mark Butler, melansir Reuters 9 Maret.

Pemerintah Australia mengatakan telah memantau situasi di China, meninjau data epidemiologis dari waktu ke waktu yang menyoroti kasus COVID-19, rawat inap dan kematian yang memuncak pada akhir Desember dan awal Januari.

"Beberapa negara lain yang menerapkan tindakan serupa baru-baru ini mencabut pengaturan mereka atau mengumumkan niat untuk mencabutnya, termasuk Amerika Serikat, Korea, Jepang, Prancis dan Italia," sambung pernyataan itu, seperti mengutip Skynews Australia.

Terpisah, situs web pariwisata China telah menunjukkan ada beberapa penerbangan yang beroperasi antara daratan China dan Australia saat ini. Misalnya, tiket sekali jalan dari Shanghai ke Sydney berkisar antara 3.000 yuan (430 dolar AS) hingga sekitar 10.000 yuan pada Hari Jumat, dilansir dari Global Times.

Selain itu, perjalanan keluar China telah pulih dengan cepat dengan stabilnya situasi COVID-19 Negeri Tirai Bambu dan dimulainya kembali penerbangan internasional. Menurut laporan Akademi Pariwisata China pada Bulan Februari, turis China diperkirakan akan melakukan lebih dari 90 juta perjalanan keluar pada tahun 2023, kembali ke sekitar 30 persen dari tingkat sebelum pandemi virus corona.

Terkait