Bagikan:

JAKARTA - Mantan Presiden Dmitry Medvedev mengatakan Rusia memiliki persenjataan yang cukup untuk melanjutkan pertempuran di Ukraina, membantah laporan Barat yang menyebut Moskow kehabisan rudal dan artileri.

"Lawan kami menonton, mereka secara berkala membuat pernyataan bahwa kami tidak memiliki ini atau itu ... saya ingin mengecewakan mereka. Kami sudah cukup memiliki segalanya," kata Medvedev saat berkunjung ke pabrik Kalashnikov di Izhevsk, sekitar 1.000 kilometer. (620 mil) timur Moskow, melansir Reuters 25 Januari.

Dalam sebuah video yang diunggah di saluran Telegramnya, Medvedev terlihat sedang memeriksa senapan Kalashnikov, peluru artileri, misil, dan drone.

Medvedev mengatakan kepada para pejabat selama kunjungan, drone sangat diandalkan untuk apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Lebih lanjut, Medvedev menyebut ribuan unit senjata dan peralatan yang paling dibutuhkan telah dipasok ke pasukan sejak awal tahun dan langkah tersebut akan terus dipertahankan.

"Tahun ini, sejak awal tahun ini, senjata, peralatan militer, dan amunisi yang paling dibutuhkan sedang dipasok. Ini kira-kira ribuan unit dan, tentu saja, tingkat yang dicapai pada akhir tahun seharusnya dipertahankan pada periode saat ini juga," terang kata Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia tersebut pada pertemuan Komisi Industri-Militer Rusia di sela-sela kunjungan, seperti mengutip TASS.

Sebelumnya, pejabat militer Ukraina dan Barat mengatakan Rusia menghadapi kekurangan senjata, setelah menembakkan ribuan peluru artileri dan rudal ke Ukraina sejak invasi 11 bulan lalu.

Diketahui, Medvedev yang pernah dilihat oleh Barat sebagai harapan terbaiknya untuk pemulihan hubungan dengan Moskow selama menjadi presiden antara 2008-2012, telah menjadi salah satu suara pro-perang Rusia yang paling hawkish.

Setelah ia meninggalkan jabatan presiden pada 2012 untuk memberi jalan bagi kembalinya Vladimir Putin ke jabatan puncak, Medvedev menjabat sebagai perdana menteri Rusia selama hampir delapan tahun.

Medvedev sekarang menjadi wakil ketua Dewan Keamanan yang berpengaruh. Desember lalu ia menjadi kepala komisi industri militer baru, untuk mengawasi produksi senjata guna mendukung perang.