Rafael Grossi Sebut IAEA Bakal Berupaya Habis-habisan untuk Hentikan Program Nuklir Korea Utara
Rafael Grossi (kanan). (Wikimedia Commons/IAEA Imagebank)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi mengatakan pada Hari Kamis, IAEA akan melakukan upaya habis-habisan untuk menghentikan program nuklir Korea Utara dan menjaga non-proliferasi internasional, menurut kantor kepresidenan Korea Selatan.

Grossi, yang sedang berkunjung ke Seoul, menanggapi permintaan dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol agar badan tersebut bergabung dalam upaya menahan apa yang disebut Korea Selatan sebagai provokasi nuklir Korea Utara, mencapai denuklirisasinya dengan memperkuat aktivitas pemantauan dan kesiapan. untuk pemeriksaan.

Grossi mengatakan bahwa dia memiliki kepedulian yang sama dengan masyarakat internasional tentang masalah nuklir Korea Utara, kata kantor kepresidenan Korea Selatan, melansir Reuters 15 Desember.

Sementara saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin, Grossi mengatakan organisasinya akan mendorong untuk meningkatkan kapasitasnya, untuk memverifikasi kegiatan nuklir Korea Utara dan meningkatkan kesadaran internasional akan urgensi program senjatanya.

Selama pertemuan Hari Kamis, Park menilai apa yang disebutnya sebagai upaya gigih IAEA untuk meyakinkan Korea Utara agar kembali ke rezim nonproliferasi internasional. Park mengatakan Korea Selatan akan berkoordinasi dengan IAEA lebih dekat untuk mencoba mencapai denuklirisasi Korea Utara, kata kementerian Park dalam sebuah pernyataan, melansir US News dari AP.

Kekhawatiran tentang persenjataan nuklir Korea Utara telah tumbuh dalam beberapa bulan terakhir, karena negara tersebut telah menguji rudal berkemampuan nuklir dengan kecepatan tinggi dan mengancam penggunaan senjata nuklir terlebih dahulu.

Korea Utara diyakini telah menyelesaikan persiapan untuk uji coba nuklir pertama sejak 2017, menurut pejabat dari Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Sementara, IAEA tidak memiliki akses ke Korea Utara sejak negara komunis itu mengusir para inspekturnya pada 2009. Badan itu mengatakan menggunakan citra satelit dan informasi sumber terbuka untuk memantau perkembangan program nuklir Korea Utara.