Sebut Lonjakan COVID-19 di China Bukan Karena Pencabutan Pembatasan, Direktur WHO: Pengendalian Tidak Menghentikan Penyakit
Ilustrasi COVID-19 di China. (Wikimedia Commons/Amakuha)

Bagikan:

JAKARTA - Infeksi COVID-19 meledak di China jauh sebelum keputusan pemerintah untuk mencabut kebijakan "nol-COVID" yang ketat, kata seorang direktur Organisasi Kesehatan Dunia pada hari Rabu, menepis anggapan pembalikan tiba-tiba menyebabkan lonjakan kasus.

Komentar itu disampaikan Direktur Kedaruratan WHO Mike Ryan, saat dia memperingatkan perlunya peningkatan capaian vaksinasi COVID-19 di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Berbicara dalam pengarahan dengan media, dia mengatakan virus itu menyebar "secara intensif" di negara itu, jauh sebelum pencabutan pembatasan.

"Ada narasi saat ini, China mencabut pembatasan dan tiba-tiba penyakitnya tidak terkendali," katanya, melansir Reuters 15 Desember.

"Penyakit itu menyebar secara intensif karena saya yakin tindakan pengendalian itu sendiri tidak menghentikan penyakit itu. Dan saya yakin China memutuskan secara strategis bahwa itu bukan pilihan terbaik lagi," sambungnya.

Beijing mulai beralih dari kebijakan "nol-COVID" khasnya bulan ini, setelah protes terhadap pembatasan yang merusak ekonomi yang diperjuangkan oleh Presiden Xi Jinping.

Pelonggaran pembatasan yang tiba-tiba telah memicu antrean panjang di luar klinik demam, sebagai tanda yang mengkhawatirkan bahwa gelombang infeksi sedang meningkat. Meski, penghitungan resmi kasus baru cenderung lebih rendah baru-baru ini karena pihak berwenang mengurangi pengujian.

Dalam laporan COVID terbarunya selama sepekan hingga 27 November, WHO mengatakan China telah melaporkan peningkatan rawat inap selama empat minggu berturut-turut.

"Jadi tantangan yang masih dimiliki China dan negara lain adalah: apakah orang yang perlu divaksinasi, divaksinasi secara memadai, dengan vaksin yang tepat dan jumlah dosis yang tepat dan kapan terakhir kali orang tersebut mendapatkan vaksin," terang Ryan.

Sementara itu, ahli epidemiologi senior WHO Maria Van Kerkhove mengatakan badan PBB itu memberikan saran teknis ke China, dengan Ryan mengatakan ada saluran komunikasi terbuka.

Kegembiraan di China yang memenuhi perubahan dalam kebijakan yang memungkinkan orang untuk hidup dengan virus, dengan cepat memudar di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang lonjakan infeksi karena populasi tidak memiliki "kekebalan kelompok" dan memiliki tingkat vaksinasi yang rendah di kalangan orang tua.