YOGYAKARTA – Sebagian orang mungkin ingin mengetahui profil Rian Ernest, politikus muda yang mundur dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Jabatan terakhir yang diemban Rian sebelum mengundurkan diri adalah Direktur Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI.
Dalam pengumuman pengunduran dirinya, Rian Ernest menyatakan bahwa keputusannya adalah hal yang berat. Terlebih, ia telah berkecimpung dalam dunia politik bersama PSI selama empat tahun.
"Partai Solidaritas Indonesia telah menjadi rumah yang begitu hangat dan nyaman bagi saya selama 4 tahun ini. Namun kini saatnya saya mengambil keputusan yang berat tapi perlu saya lakukan. Melalui video ini saya menyatakan pengunduran diri saya dari Partai Solidaritas Indonesia," kata Rian melalui sebuah video yang diunggah di akun Instagramnya, @rianernest.
Rian tidak menjabarkan secara detail perihal alasannya keluar dari PSI. Ia hanya mengatakan bahwa ada rencana jangka panjang dalam target politiknya setelah hengkang dari PSI.
“Tidak pernah mudah meninggalkan zona nyaman. Keputusan yang berat, tapi saya yakin ini yang terbaik,” tutur Rian Ernest.
"Semoga para saudara dan sahabat sekalian terus mendukung mengawasi dan memberi masukan kepada saya Rian Ernest ke manapun langkah politik saya selanjutnya," imbuh Rian.
Profil Rian Ernest
Dihimpun VOI dari berbagai sumber, Rian Ernest dilahirkan di Berlin, Jerman pada 24 Oktober 1987 silam.
Putra dari pasangan Jörg Cichosz dan almarhum Levi Mulyati Tanudjaja ini memulai pendidikan dasar di SD Maria Fransiska, Bekasi dan lulus pada tahun 1999, lalu melanjutkan ke SMP Marsudirini Bekasi yang lulus pada tahun 2002 kemudian SMAN 82 Jakarta dan merupakan lulusan dari tahun 2005.
Pendidikan sarjananya ditempuh di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, tepatnya di bidang Hukum Bisnis.
Rian tercatat pernah ikut membantu Anies Baswedan dalam tim transisi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada 2014 lalu. Saat itu, Rian bertugas membantu penyusunan program kerja pemerintah baru, khususnya di bidang pendidikan.
Nama Rian mulai disorot publik setelah ia mendampingi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam sidang di Mahkamah Konstitusi. Kala itu, status Rian bukanlah pegawai negeri sipil (PNS), namun hanya staf ahli hukum Ahok.
Pada tahun 2017, Rian diangkat menjadi Wakil Ketua PSI DPW DKI Jakarta. Jabatan tersebut diembannya selama tiga tahun.
Pada tahun 2019, Rian maju sebagai calon legislatif untuk DPR RI dari PSI. Akan tetapi, ia gagal melangkahkan kakinya ke Senayan, kendati berhasil mendapatkan hampir 70 ribu suara warga Jakarta Timur.
Setahun setelahnya, Rian mendeklarasikan diri sebagai bakal Calon Wali Kota Batam. Dalam Pilkada Batam 2020, Rian maju bersama Yusiana Gurusinga sebagai Calon Wali Kota dari jalur independen. Akan tetapi, ia gagal maju karena kurangnya syarat dukungan.
BACA JUGA:
Setelah gagal maju di Pilkada Batam, Rian didapuk menjadi Asisten Staf Khusus Presiden bidang hukum.
Pada Desember 2021, Rian mengundurkan diri sebagai Asisten Staf Khusus Presiden dan kembali aktif di PSI. di Partai besutan Grace Natalie itu, Rian ditunjuk menjadi Direktur Advokasi dan Bantuan Hukum, hingga akhirnya memutuskan mundur.
Kini, setelah mundur dari PSI, Rian menegaskan akan tetap berpolitik. Dia juga menyatakan bahwa perjuangannya untuk menyuarakan aspirasi rakyat tidak akan berhenti.
"P erjuangan saya menyuarakan aspirasi, merumuskan kebijakan dan mencerdaskan rakyat tidak berakhir,” kata Rian.
“Saya Rian Ernest akan tetap di jalur politik dan saya akan terus membutuhkan bantuan anda untuk menjadi politisi yang lebih baik, yang lebih bermanfaat bagi rakyat," sambungnya.
Demikian informasi seputar profil Rian Ernest, mantan staf Ahok yang mundur dari PSI.