Tiga Orang Tewas dalam Protes, Presiden Baru Peru Boluarte Janjikan Pemilihan Tahun 2024
Presiden Peru Dina Boluarte. (Wikimedia Commons/Ministerio de Defensa del PerĂº)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Peru mengatakan pada Hari Senin, dirinya akan mengajukan RUU ke Kongres untuk memajukan pemilihan umum dua tahun, setelah penggulingan pendahulunya memicu protes yang telah menewaskan sedikitnya tiga orang.

Presiden Dina Boluarte dilantik pekan lalu setelah mantan Presiden Pedro Castillo dipecat oleh Kongres dan ditangkap, karena berusaha membubarkan badan legislatif dan mencegah pemungutan suara pemakzulan terhadapnya.

"Saya telah memutuskan untuk mengajukan RUU untuk mencapai kesepakatan dengan Kongres untuk memajukan pemilihan umum hingga April 2024," kata Presiden Boluarte dalam pidatonya, melansir Reuters 13 Desember. Pemilu sebelumnya dijadwalkan pada 2026.

"Tanah air sedang mengalami masa-masa sulit," tambah Presiden Boluarte.

Pemimpin baru, presiden keenam Peru dalam lima tahun terakhir, mengatakan dia akan mengajukan RUU itu dalam "beberapa hari mendatang" setelah dua remaja tewas pada Minggu dan setidaknya satu lagi pada Senin di wilayah selatan Arequipa, selama protes menuntut negara tersebut mengadakan pemilihan umum setelah pemecatan Castillo.

Presiden Boluarte mengumumkan keadaan darurat di wilayah "konflik tinggi", tindakan yang memungkinkan angkatan bersenjata mengambil kendali lebih besar jika perlu.

"Saya telah memberikan instruksi agar kendali ketertiban internal dapat dipulihkan secara damai, tanpa mempengaruhi hak-hak dasar rakyat," ujar Boluarte yang menyayangkan kematian tersebut.

Diketahui, protes yang melibatkan ratusan atau ribuan orang telah digelar sejak pekan lalu di kota-kota di pedalaman Peru dan ibu kota Lima, terkadang berubah menjadi kekerasan.

Demonstran, banyak dari mereka pendukung Castillo, selama berhari-hari menuntut Peru mengadakan pemilihan baru, daripada membiarkan Boluarte tetap berkuasa hingga 2026, ketika masa jabatan Castillo akan berakhir. Beberapa pengunjuk rasa juga menyerukan agar Kongres ditutup dan Castillo dibebaskan.

Protes dapat diperparah lebih lanjut oleh pengumuman dari kelompok sipil dan pribumi, tentang pemogokan tanpa batas waktu yang dimulai pada Hari Senin di Apurimac, rumah bagi tambang besar seperti proyek tembaga Las Bambas.

Terpisah, dalam surat tulisan tangan yang diunggah pada Hari Senin ke halaman Twitter-nya, Castillo menyebut janji pemilihan awal Boluarte sebagai "permainan kotor" dan mencemoohnya sebagai "perampas kekuasaan".

Castillo menegaskan, dia adalah korban penculikan yang dipermalukan dan menyerukan majelis segera untuk menulis ulang konstitusi negara.

Castillo juga mengumumkan dia tidak akan mengundurkan diri sebagai presiden, meskipun dia secara sah dicopot dari kekuasaan oleh anggota parlemen Rabu lalu, hanya beberapa jam setelah upayanya merebut kekuasaan.

Untuk diketahui, Castillo, yang telah ditahan sejak Rabu, sedang diselidiki oleh jaksa atas tuduhan kejahatan "pemberontakan" dan konspirasi.