JAKARTA - Korban tewas protes di Peru terus bertambah saat bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa berlanjut, sementara pemimpin negara itu menyesalkan penolakan proposal pemilihan umum yang dipercepat.
Seorang pria di ibu kota Peru, Lima, meninggal pada akhir pekan dan yang lainnya dirawat di rumah sakit, saat bentrokan nasional antara pengunjuk rasa dan polisi berlanjut pada minggu kedelapan krisis politik negara Amerika Selatan itu.
Kematian Victor Santisteban Yacsavilca (55) menjadikan jumlah korban tewas protes nasional yang dimulai pada Desember lalu, usai pemakzulan dan penangkapan Presiden Pedro Castillo, menjadi 58 orang.
Awalnya terfokus di pedesaan Peru, selatan pegunungan, protes telah meningkat di ibu kota dalam beberapa pekan terakhir. Protes Hari Sabtu sebagian besar terjadi di Lima dan wilayah Cusco selatan, kata ombudsman Peru dalam sebuah pernyataan.
Santisteban menderita cedera kepala parah, kata badan asuransi kesehatan nasional dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 30 Januari.
Beberapa protes meningkat ketika para demonstran bersenjatakan batu dan perisai darurat bentrok dengan polisi, yang mengerahkan gas dan peluru karet.
Ombudsman Peru mengutuk laporan serangan terhadap jurnalis yang meliput protes.
Terpisah, Presiden Dina Boluarte menyatakan penyesalannya pada Sabtu pagi, setelah Kongres menolak untuk mempercepat jadwal pemilihan presiden di tengah kerusuhan, kata kantornya.
Anggota parlemen telah memberikan lampu hijau awal untuk memindahkan pemilihan dari 2026 ke 2024, tetapi pada Hari Jumat menolak proposal mengadakan pemilihan tahun ini.
Presiden Boluarte telah berulang kali mendukung percepatan pemilihan, saat dia berjuang untuk memadamkan protes yang menyerukan pengunduran dirinya.
Mosi untuk memindahkan pemilihan hingga April 2024 disahkan satu suara dan memiliki suara terakhir pada bulan Februari. Kongres akan melanjutkan debat pada Hari Senin.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Presiden Boluarte mengatakan pada Hari Jumat, pemilihan presiden bisa berlangsung tahun ini.
"Kami mendesak anggota parlemen untuk meletakkan kepentingan partisan dan kelompok mereka, mengutamakan kepentingan Peru. Warga kami segera menunggu tanggapan yang jelas yang akan membuka jalan keluar dari krisis politik dan membangun perdamaian sosial," tulis kantor Presiden Boluarte di Twitter.
Diketahui, Boluarte, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden dan diangkat setelah setelah pemecatan Castillo, menyatakan akan tetap sebagai presiden sampai pemilihan diadakan.