Telepon Palestina dan Israel: Menlu Rusia Minta Semua Pihak Menahan Diri, Serukan Dimulainya Kembali Kuartet Timur Tengah
Menlu Rusia Sergei Lavrov saat menghadiri KTT G20 di Bali. (Twitter/@mfa_russia)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meminta Israel dan Palestina untuk menahan diri, dari tindakan yang dapat memprovokasi degradasi lebih lanjut dari situasi di zona konflik antara kedua negara, kata Kementerian Luar Negeri Rusia pada Hari Minggu.

"Menlu Lavrov meminta mitra Israel dan Palestina untuk menunjukkan tanggung jawab sepenuhnya dan menahan diri dari tindakan apa pun yang dapat memprovokasi degradasi lebih lanjut dari situasi ini," kata kementerian itu, melansir TASS 30 Januari.

Pernyataan itu dikeluarkan setelah Menlu Lavrov melakukan panggilan telepon dengan koleganya dari Israel dan Palestina, Eli Cohen serta Riyad al-Maliki. yang diadakan secara terpisah pada tanggal 28 dan 29 Januari.

"Pihak Rusia menekankan, Moskow prihatin atas spiral kekerasan baru di zona konflik Palestina-Israel, dengan dimulainya kembali konfrontasi bersenjata skala penuh yang menyebabkan lebih banyak korban dan kerusakan," kata kementerian itu.

Menurut kementerian, itu "adalah pertukaran pandangan yang terbuka dan tulus tentang prospek perkembangan situasi di kawasan Timur Tengah, dengan fokus pada masalah pemukiman Palestina-Israel.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu Lavrov juga menekankan kebutuhan untuk memulai kembali upaya quarter of international mediators atau Quartet on The Middle East, untuk meluncurkan kembali proses negosiasi antara pihak Israel dan Palestina berdasarkan hukum internasional sesegera mungkin."

"Menlu Lavrov menekankan perlunya dimulainya kembali upaya Quarter of international mediators, untuk meluncurkan kembali proses negosiasi antara pihak Israel dan Palestina berdasarkan hukum internasional sesegera mungkin," kata kementerian tersebut.

Diketahui, Quartet on The Middle East atau Madrid Quartet yang didirikan pada tahun 2002 di Madrid, Spanyol merupakan forum untuk membahas konflik Israel-Palestina yang terdiri dari PBB, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia.

Kekerasan antara Israel-Palestina terus berlangsung sejak tahun lalu, dengan sekitar 20 orang Palestina tewas sejak pergantian tahun. Sementara, tahun 2022 dikatakan sebagai tahun paling mematikan dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, di mana 230 warga tewas dan 9.353 luka-luka sepanjang tahun lalu.