Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 12 orang tewas menyusul bentrokan di Juliaca, Peru selatan, kata kementerian kesehatan regional Hari Senin, setelah protes menuntut pemilihan dini dan pembebasan mantan Presiden Pedro Castillo yang dipenjara dimulai kembali.

Pihak kementerian mengatakankan, dua orang remaja termasuk di dalam jumlah korban yang tewas.

Selain itu, sedikitnya 38 orang terluka dan dirawat di rumah sakit di Juliaca, kementerian menambahkan dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Facebook.

Di Juliaca, dekat tepi Danau Titicaca di wilayah Puno selatan Peru, seorang saksi Reuters seperti dikutip 10 Januari, merekam suara tembakan dan asap di jalan-jalan, saat pengunjuk rasa berlindung di balik pelat logam besar dan rambu jalan, kemudian melemparkan batu ke arah polisi menggunakan ketapel buatan.

Rekaman lain menunjukkan orang-orang memberikan CPR kepada seorang pria yang terbaring tak bergerak di tanah dengan sweter berlumuran darah, dan orang-orang dengan luka parah di ruang tunggu rumah sakit yang penuh sesak.

Bentrokan tersebut membuat jumlah korban tewas pengunjuk rasa dalam protes anti-pemerintah bertambah menjadi 34 orang, sejak protes dimulai pada awal Desember menyusul pencopotan dan penangkapan Castillo tak lama setelah dia mencoba membubarkan Kongres secara ilegal.

Kantor Ombudsman Peru mengatakan dalam sebuah pernyataan, polisi dan angkatan bersenjata tidak boleh berusaha menyelesaikan konflik, karena melakukan itu adalah tugas Kongres dan pemerintah pusat.

Ini menyerukan polisi untuk mematuhi standar internasional dalam menggunakan kekerasan dan untuk penyelidikan kematian, sementara mendesak pengunjuk rasa untuk menahan diri dari menyerang properti atau menghalangi pergerakan ambulans.

Sebelumnya pada Hari Senin, kantor itu mengatakan seorang bayi baru lahir meninggal saat dipindahkan dari Kota Yunguyo ke rumah sakit setempat dengan ambulans, lantaran terhambat karena blokade jalan.

Diketahui, mantan Presiden Castillo tengah menjalani 18 bulan penahanan pra-sidang atas tuduhan pemberontakan, tuduhan yang dia bantah.

Protes dilanjutkan minggu lalu setelah jeda liburan. Selain pemilihan awal dan pembebasan Castillo, pengunjuk rasa menyerukan pengunduran diri Presiden baru Dina Boluarte, penutupan Kongres dan perubahan konstitusi.

Berbicara pada pertemuan "kesepakatan nasional" sebelumnya pada Hari Senin dengan perwakilan dari wilayah negara dan berbagai lembaga politik, Presiden Boluarte mengatakan dia tidak dapat mengabulkan beberapa tuntutan utama pengunjuk rasa. Dia menyerukan warga untuk "merenung".

"Satu-satunya hal yang ada di tangan saya adalah memajukan pemilihan, yang telah kami usulkan," jelasnya.

"Apa yang Anda minta adalah dalih untuk terus menimbulkan kekacauan di kota-kota," sambung Presiden Boluarte.

Terpisah, Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika mengatakan akan melakukan kunjungan ke Peru dari Rabu hingga Jumat, mengunjungi Lima dan kota-kota lain untuk mengevaluasi situasi.