Kongres Peru Gagal Sepakati Percepatan Pemilu Meski Puluhan Pengunjuk Rasa Tewas, Presiden Boluarte: Saya Menyesal
Pengunjuk rasa di Peru. (Wikimedia Commons/Candy Sotomayor)

Bagikan:

JAKARTA - Kongres Peru pada Hari Rabu menolak proposal untuk memajukan Pemilu menjadi Desember 2023, meskipun puluhan pengunjuk rasa tewas dalam protes yang sudah berlangsung hampir dua bulan, sejak pemakzulan mantan Presiden Pedro Castillo.

Anggota parlemen terus memperdebatkan proposal berbeda untuk mengadakan pemilihan dini, tuntutan utama para pengunjuk rasa. Tapi, Kongres Peru sangat terfragmentasi dan sulit untuk mencapai kesepakatan.

Proposal pertama, yang datang dari sayap kanan Partai Popular Force, ditolak oleh 68 anggota parlemen, dan 54 suara setuju, dengan dua abstain.

"Saya menyesal Kongres belum mencapai konsensus yang diperlukan untuk memajukan pemilihan," kata Presiden Dina Boluarte di Twitter, melansir Reuters 2 Februari.

"Kami akan segera mengajukan rancangan undang-undang agar rakyat Peru dapat memilih otoritas mereka secara demokratis pada tahun 2023," sambungnya.

Jorge Montoya, seorang anggota kongres dan juru bicara Popular Renovation party sayap kanan mengatakan selama debat Hari Rabu, pemilihan yang dipercepat tidak konstitusional dan anggota Kongres harus diizinkan untuk menyelesaikan masa jabatan mereka.

Sekarang, partai pendukung Castillo, Peru Libre, akan mencoba memperebutkan suara untuk proposal mereka, yang mencakup referendum tidak mengikat untuk konstitusi baru dan anggota Kongres baru.

"Kami ingin meninggalkan kursi kami, tetapi tidak sebelum mengambil langkah pertama untuk konstitusi baru," ujar Maria Aguero, anggota Kongres dari Peru Libre, kepada Reuters setelah pemungutan suara.

"Itu berarti bertanya kepada orang-orang apakah mereka menginginkan atau tidak menginginkan konstitusi baru," sambungnya.

Diketahui, diperlukan 87 suara mayoritas untuk memajukan proposal, sementara 66 suara diperlukan untuk referendum nasional.

Protes kekerasan meletus selama akhir pekan, setelah Kongres menunda pemungutan suara di tengah pertikaian, yang menyebabkan kematian seorang pengunjuk rasa dan mendorong Presiden Boluarte untuk mengatakan dia akan mengajukan proposalnya sendiri, jika Kongres gagal mencapai kesepakatan.

Para pengunjuk rasa selama beberapa minggu terakhir memblokir jalan, mengambil alih bandara dan membakar beberapa bangunan, dengan tuntutan termasuk pemilihan dini, penutupan Kongres, pengunduran diri Presiden Boluarte dan pembebasan Castillo dari penjara.

Mantan Presiden Castillo saat ini ditahan dalam penahanan pra-sidang, atas tuduhan pemberontakan setelah berusaha membubarkan Kongres secara ilegal.

Kongres, yang memiliki peringkat persetujuan hanya 7 persen menurut jajak pendapat terbaru, sebelumnya setuju untuk memajukan Pemilu yang semula dijadwalkan tahun 2026 menjadi April 2024. Tetapi, itu gagal memadamkan kerusuhan.

"Kami mengulangi seruan kami kepada Kongres untuk melihat proposal ini dengan rasa tanggung jawab dan urgensi yang dituntut negara," harap Presiden Boluarte pada Hari Rabu.