Bagikan:

JAKARTA - Produsen pesawat terbang Airbus sedang mengembangkan mesin sel bahan bakar, sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk pesawat bertenaga hidrogen yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2035.

Sel bahan bakar adalah solusi potensial untuk membantu perusahaan mencapai ambisi nol emisinya, kata Glenn Llewellyn, wakil presiden pesawat tanpa emisi di Airbus.

"Kami fokus pada pengembangan dan pengujian teknologi ini untuk memahami apakah layak dan dapat untuk masuk ke layanan pesawat tanpa emisi pada 2035," jelasnya, melansir The National News 1 Desember.

"Dalam skala besar, dan jika target teknologi tercapai, mesin sel bahan bakar mungkin dapat menggerakkan pesawat 100 penumpang dengan jangkauan sekitar 1.000 mil laut," sambungnya.

Industri penerbangan global berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil. Airbus yang berbasis di Toulouse, Prancis, produsen pesawat terbesar di dunia, bertaruh pesawat bertenaga hidrogen bisa menjadi jawaban untuk penerbangan tanpa emisi.

Airbus mengatakan akan memulai uji coba darat dan terbang dari arsitektur mesin sel bahan bakarnya, di atas pesawat demonstran ZEROe menjelang pertengahan dekade ini.

Airbus berencana untuk meluncurkan pesawat bertenaga hidrogen, yang disebut ZEROe dalam kerangka waktu 2027-2028, kata Llewellyn.

Pesawat uji penerbangan A380 MSN1 untuk teknologi hidrogen, saat ini sedang dimodifikasi untuk membawa tangki hidrogen cair dan sistem distribusi terkaitnya.

"Dengan terus berinvestasi dalam teknologi ini, kami memberi diri kami opsi tambahan yang akan menginformasikan keputusan kami tentang arsitektur pesawat masa depan kami ZEROe," jelas Llewellyn.

Ini adalah pertama kalinya Airbus memperluas pengembangan teknologi terkait mesin.

Airbus juga mengatakan akan bekerja sama dengan pembuat roket Eropa ArianeGroup, untuk membangun pabrik pengisian bahan bakar hidrogen cair untuk pesawat ZEROe di Bandara Toulouse Blagnac.

Stasiun pengisian bahan bakar akan beroperasi pada tahun 2025, memungkinkan untuk mengisi bahan bakar pesawat demonstran A380 sebagai bagian dari program ZEROe, katanya.

"Banyak teknologi yang diperlukan untuk pesawat tanpa emisi sudah tersedia di industri lain, dan penanganan hidrogen cair tidak terkecuali," jelas Sabine Klauke, kepala teknis di Airbus.

"Mempersiapkan masuknya layanan pesawat tanpa emisi pada tahun 2035 berarti kita perlu mematangkan semua teknologi yang dibutuhkan secara paralel. Dengan bermitra dengan ArianeGroup, kami akan memanfaatkan keahlian hidrogen terkenal dan teknologi luar angkasa relevan lainnya dalam mengejar tujuan ini," paparnya.

Airbus juga menandatangani perjanjian dengan Hyport, untuk mendukung pengembangan stasiun produksi dan distribusi hidrogen rendah karbon di Bandara Toulouse Blagnac.

Pembangunan stasiun hidrogen selesai awal tahun ini dan sistem produksi, penyimpanan dan distribusi saat ini sedang menjalani pengujian akhir, tuturnya.

Stasiun yang dijadwalkan mulai beroperasi pada awal 2023 ini akan memiliki kapasitas produksi sekitar 400 kilogram hidrogen per hari, yang dapat menggerakkan sekitar 50 kendaraan transportasi darat.

Selain itu, Airbus bekerja sama dengan HyPort untuk memperluas operasi darat berbahan bakar hidrogen di bandara, untuk mengatasi perkiraan peningkatan permintaan hidrogen di tahun-tahun mendatang.

"Menggunakan hidrogen untuk mendekarbonisasi semua transportasi darat terkait bandara dalam jangka waktu 2020 hingga 2030 akan membuka jalan bagi ketersediaan hidrogen untuk pesawat tanpa emisi pada tahun 2035," sebut Karine Guenan, vice president of ZEROe ecosystem di Airbus.