Bagikan:

JAKARTA - Tantangan dunia yang semakin kompleks, termasuk tantangan bagi demokrasi, membutuhkan adanya kepemimpinan menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Teuku Faizasyah, menjadi salah satu hal yang diangkat sebagai tema dalam gelaran Bali Democracy Forum (BDF) ke-15 tahun ini.

Digelar kementerian Luar Negeri RI di Bali pada 8 Desember mendatang, gelaran BDF ke-15 tahun ini mengusung tema 'Democracy in a Changing World: Leadership and Solidarity'.

"BDF adalah salah satu flagship diplomasi Indonesia yang ditujukan mendorong agar demokrasi tumbuh dari dalam," terang Faizasyah dalam keterangan kepada wartawan di Jakarta, Jumat 2 Desember.

Dijelaskan oleh Faizasyah, forum ini sangat relevan bagi negara-negara yang ingin berbagi pengalaman berdemokrasi, dengan pendekatan infklusif, memberi ruang semua negara untuk hadir.

"Kita tidak membeda-bedakan, apakah pesertanya negara yang sudah menganut sistem demokrasi, ataukah mereka yang masih dalam proses mempelajari demokrasi," sebut Faizasyah.

Lebih jauh diterangkan olehnya, tema kepemimpinan dan solidaritas tahun ini diusung dengan berkaca pada kondisi global, di mana tantangan dunia semakin kompleks.

"Kita melihat adanya perlu kepemimpinan. Hal yang sama kita rasakan dalam konteks demokrasi, di mana kepemimpinan dalam demokrasi saat sekarang banyak dihadapkan oleh tantangan, termasuk demokrasi kalau kita bicara mengenai sistem internasional multilateral. Oleh karena itu, sangat tepat kita mengangkat aspek kepemimpinan, karena di tengah demokrasi yang menghadapi tantangan, maka perlu ada satu leadership atau kepemimpinan," paparnya.

"Solidaritas juga satu yang relevan, karena selama masa pandemi misalnya, isu solidaritas itu menjadi salah satu isu yang sangat diharapkan secara global. Sistem politik demokrasi diharapkan bisa menjadi bagian dari satu sistem yang bisa mendorong solidaritas, mengatasi tantangan-tantangan bersama yang dihadapi negara-negara," tandasnya.

Sejauh ini, partisipasi yang sudah mendaftar sebanyak 57 negara, sementara observer dari 74 negara dan organisasi internasional. Jumlah ini masih sangat mungkin bertambah.

"Kita berharap BDF kali ini bisa betul-betul memperoleh berbagai perspektif dari berbagai kawasan, tidak hanya Asia Pasifik, tetapi juga dari berbagai negara di kawasan lainnya bisa berkontribusi dalam diskusi," pungkas Faizasyah.