Buka BDF ke-15, Menlu Retno: Saya Percaya Demokrasi Memungkinkan Kita Bertahan di Tahun 2023 yang Sulit
Menlu Retno Marsudi dalam pembukaan Bali Democracy Forum ke-15. (Tangkapan layar Channel YouTube Kementerian Luar Negeri RI)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi percaya demokrasi memungkinkan bertahan melalui tahun 2023 yang sulit, di tengah tantangan global dan perubahan dunia yang cepat.

Itu dikatakannya saat membuka Bali Democracy Forum (BDF) ke-15 yang dihelat di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali.

Menlu Retno mengatakan, kepercayaan terhadap demokrasi saat ini sangat mudah hilang, di tengah perubahan dunia yang lebih cepat dibanding sebelumnya, menimbulkan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Krisis setelah krisis terus menguji pondasi demokrasi kita. Tantangan demokrasi tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam," kata Menlu Retno saat membuka BDF ke-15, Kamis 8 Desember.

"Kita berkumpul di sini hari ini, karena kita percaya pada demokrasi," jelas Menlu Retno.

Lebih jauh dikatakan olehnya, IDEA (Institute for Democracy and Electoral Assistance) bulan lalu menyebut, demokrasi saat ini mengalami kemunduran atau stagnan. Sementara, demokrasi yang sudah stabil juga menghadapi risiko.

Sementara, lanjutnya, Freedom House menyebut demokrasi terus mengalami kemunduran dalam 16 tahun terakhir. Sedangkan Varieties of Democracy (V-Dem) menyebut kualitas rata-rata demokrasi telah turun ke level yang sama dengan sekitar 30 tahun yang lalu.

"Di Asia Pasifik, ruang demokrasi yang menyempit, hak-hak politik dan kebebasan sipil telah dibatasi etno nasionalisme, patronase politik dan intervensi militer di politik," jelas Menlu Retno.

Menlu Retno mengatakan, di tengah pesimistis mengenai demokrasi, mayoritas pihak masih mengandalkan demokrasi, termasuk Indonesia.

bali democray forum
Pembukaan Bali Democracy Forum ke-15. (Tangkapan layar Channel YouTube Kementerian Luar Negeri RI)

Dikatakan olehnya, demokrasi bukanlah tujuan, tetapi alat untuk mencapai tujuan.

"Demokrasi harus membawa manfaat langsung kepada masyarakat, berkontribusi sebagai bagian dari solusi," ujar Menlu Retno.

Di tengah multi tantangan global, lanjutnya, demokrasi dapat berjalan dengan dua cara. Menguatkan dan membuktikan dirinya sendiri. Atau, melemahkan dan menghilang menjadi tidak relevan.

"Masa depan demokrasi tergantung pada kita. Pilihan Indonesia jelas, terus memelihara spirit demokrasi dan memperkuat pondasi demokrasi," tegas Menlu Retno.

"Itu kenapa indonesia terus menggelar Bali Democracy Forum dan mempertahankan demokrasi dalam hubungan antar bangsa," tandasnya.

Menlu Retno mengatakan, demokrasi memang tidak sempurna. Tetap, pengalaman Indonesia menunjukkan demokrasi berfungsi.

"Saya percaya demokrasi akan memungkinkan kita bertahan di tahun yang sulit 2023 mendatang, (di mana) inflasi tetap tinggi tinggi, mendorong kenaikan harga pangan dan krisis energi, serta resesi yang terus berlanjut," paparnya.

Ditambahkan olehnya, kita harus memupuk semangat demokrasi dan memperkuat fondasi demokrasi.

"Norma internasional tidak dapat dibentuk oleh segelintir negara. Nasib dunia tidak dapat diputuskan oleh segelintir negara," kata Menlu Retno.

"Hanya dengan berkomitmen kembali pada demokrasi, kita dapat bertahan dari semua tantangan dan mempertahankan demokrasi di dunia yang berubah dengan cepat ini," tukasnya.

Berbeda dengan gelaran BDF, tahun ini pertemuan tersebut diselenggarakan secara hybrid, dengan mayoritas peserta hadir secara fisik.

Gelaran BDF tahun ini yang mengusung tema "Democracy in a Changing World: Leadership and Solidarity", dihadiri oleh 323 peserta dari 112 negara dan lima organisasi internasional. Turut hadir secara virtual dan menyampaikan sambutan adalah Sekjen PBB Antonio Guterres.