JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyebut Indonesia akan melakukan yang terbaik untuk menyukseskan Presidensi G20 tahun ini meski kondisinya tidak mudah, lantaran hasil kerja G20 ditunggu oleh masyarakat dunia.
Dikatakan Menlu Retno, Indonesia terus melakukan persiapan untuk menggelar KTT G20 pada 15-16 November mendatang di Bali, baik untuk masalah substansi maupun logistik.
"Presidensi Indonesia yang paling sulit, di mana dunia sedang menghadapi multi krisis, pandemi, perang, tensi geopolitik tinggi, hingga krisis pangan, energi dan keuangan," jelasnya dalam press briefing hybrid di Kementerian Luar Negeri, Kamis 13 Oktober.
"Dalam kondisi extraordinary, diperlukan adanya inovasi dalam pembahasan, atau cara-cara baru agar pembahasan tidak terhenti," sambung Menlu Retno.
Lebih jauh diterangkan Menlu Retno, diskusi dalam KTT tidak akan mudah dan penuh dengan dinamika. Dikatakannya, dalam kondisi normal, negosiasi G20 tidak pernah mudah, apalagi dalam kondisi saat ini.
"Tugas Indonesia sebagai presidensi, mengelola agar dinamika luar biasa tersebut tidak merusak seluruh bangunan G20. Ini bukan sekadar G20, Indonesia berpikir panjang untuk dunia. Bahwa G20 tidak boleh gagal, karena hasil kerja G20 ditunggu masyarakat dunia," sebut Menlu Retno.
"Di masa sulit seperti saat ini, G20 salah satu forum ekonomi dunia yang masih dapat bekerja merespons krisis saat ini. Taruhannya sangat besar jika G20 gagal," tandas Menlu Retno.
BACA JUGA:
Ditambahkan Menlu Retno, sejak awal presidensi, Indonesia menekankan pentingnya kerja konkrit agar hasil kerja dapat dirasakan oleh dunia.
"Kita optimis G20 akan menghasilkan konkrit, hasil kerja konkrit," tandasnya.