Bagikan:

JAKARTA – Perusahaan pembuat mesin asal Inggris, Rolls-Royce , mengumumkan bahwa mereka telah berhasil menjalankan mesin pesawat terbang dengan hidrogen. Ini merupakan terbosan di dunia penerbangan yang menandai langkah besar untuk membuktikan bahwa gas dapat menjadi kunci untuk menghilangkan karbon pada transportasi udara.

“Tes darat, menggunakan mesin pesawat regional Rolls-Royce AE 2100-A yang dikonversi, menggunakan hidrogen hijau yang dibuat oleh angin dan tenaga pasang surut,” kata perusahaan Inggris itu, Senin, 28 November, yang dikutip Reuters.

Rolls dan mitra program pengujiannya EasyJet  berusaha untuk membuktikan bahwa hidrogen dapat dengan aman dan efisien memberikan tenaga untuk mesin pesawat sipil. Mereka mengatakan sudah merencanakan tes kedua, dan berambisi dalam jangka panjang untuk melakukan tes penerbangan.

Hidrogen adalah salah satu dari sejumlah teknologi yang dapat membantu industri penerbangan mencapai net zero emission pada tahun 2050.

Selain itu pabrik pesawat terbang Airbus bekerja sama dengan French-A.S. pembuat mesin CFM International akan menguji teknologi propulsi hidrogen dari Rolls ini.

Menurut mereka pada Februari nanti direncanakan untuk menyesuaikan versi yang diadaptasi secara khusus dari mesin generasi saat ini di dekat bagian belakang pesawat uji superjumbo A380.

Namun pabrikan pesawat tersebut mengatakan kepada Uni Eropa pada tahun 2021 bahwa sebagian besar pesawat akan mengandalkan mesin jet tradisional hingga setidaknya tahun 2050.

Peralihan ke mesin bertenaga hidrogen akan membutuhkan desain ulang lengkap badan pesawat dan infrastruktur di bandara.

Eric Schulz, kepala eksekutif SHZ Consulting, mengatakan pada bulan Juli bahwa perubahan desain berpengaruh sangat besar sehingga membutuhkan lebih dari satu generasi pesawat untuk sampai ke sana.

Teknologi lain yang didukung oleh perusahaan seperti Rolls-Royce termasuk mesin listrik, yang awalnya cocok untuk penerbangan pendek, dan bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF).

Mesin yang sudah beroperasi dapat menggunakan campuran SAF dan bahan bakar konvensional, namun saat ini hanya diproduksi dalam jumlah yang sangat kecil.

Pada akhirnya bisa diproduksi dengan menggabungkan karbon yang ditangkap dari udara dengan hidrogen hijau, namun prosesnya intensif energi dan belum tersedia dalam skala besar.