Ibu Korban Tragedi Halloween Itaewon: Tidak Ada Pemimpin Politik yang Mengakui Kesalahan, Itu Menyakitkan
Presiden Yoon Suk-yeol saat memberikan penghormatan di altar berkabung bagi korban tragedi Halloween Itaewon. (Sumber: Tangkapan layar YouTuber Arirang News)

Bagikan:

JAKARTA - Anggota keluarga korban tragedi perayaan Halloween di Itaewon pada 29 Oktober lalu, menuntut permintaan maaf resmi dari pemerintah pada hari Selasa, menuduhnya gagal mencegah tragedi itu terjadi.

Dalam konferensi pers yang diadakan di Seoul selatan, orang tua dari enam korban mendesak pemerintah untuk menanggapi permintaan mereka. Itu dimuat dalam proposal enam poin yang dibuat orang tua korban.

Itu meliputi, keluarga meminta permintaan maaf yang tulus dari pemerintah, penyelidikan menyeluruh atas tragedi tersebut, langkah-langkah untuk memungkinkan korban atau keluarga mereka untuk berpartisipasi dalam penyelidikan yang sedang berlangsung, memberikan bantuan kepada para korban, dan mendirikan tugu peringatan serta langkah-langkah untuk melindungi almarhum dari kritik.

Ini adalah pertama kalinya keluarga dari kerumunan massa yang menewaskan 158 orang di Itaewon, Seoul pada akhir pekan Halloween, berkumpul dan mengadakan konferensi pers untuk menuntut permintaan maaf dari pemerintah.

Orang tua para korban menangis, ketika mereka mengatakan siapa anak-anak mereka dan menurut mereka apa yang salah malam itu.

Ibu salah satu korban yang berkewarganegaraan Austria mengatakan, hal terberat yang harus ia tanggung setelah kehilangan putranya adalah, kenyataan bahwa tidak ada yang bertanggung jawab atas tragedi tersebut.

penyalaan lilin untuk korban tragedi halloween itaewon
Protes penyalaan lilin untuk mendukung korban tragedi Halloween Itaewon. (Wikimedia Commons/Bonnielou2013)

"Bagian tersulit adalah para pemimpin politik tidak mengakui apa yang mereka lakukan salah. Itu sangat menyakitkan bagi saya," katanya, dilansir dari Korea Times 23 November.

Putranya adalah seorang mahasiswa di Institut Bahasa Korea Universitas Yonsei. Menurutnya, dia datang ke negara ibunya untuk mencari akarnya.

Ibu korban mengatakan, dia ingin melakukan apa yang dia bisa untuk warga negara asing yang menjadi korban.

"Pemerintah Korea berutang permintaan maaf kepada saya. Saya harus mendapatkannya, tetapi saya harus kembali ke Austria pada 28 November. Saya akan berjuang di Wina untuk mewujudkannya," katanya.

Saat dia melanjutkan kata-katanya dengan suara bergetar, aula kecil tempat konferensi pers diadakan dipenuhi dengan suara isak tangis anggota keluarga yang berduka. Setiap anggota keluarga memegang foto anak-anak mereka di tangan mereka.

Salah satu anggota keluarga, yang tidak bisa berhenti menangis saat konferensi pers, harus dibantu oleh orang lain saat meninggalkan aula. Dia berteriak, "Tolong ambil kami sebagai gantinya, dan kembalikan anak-anak kami!"

Konferensi pers diselenggarakan oleh kelompok advokasi nirlaba, Lawyers for a Democratic Society atau "Minbyun." Tiga pengacara yang berafiliasi dengan Minbyun dan orang tua dari enam korban menghadiri acara tersebut.

Tak lama setelah tragedi Halloween Itaewon, Minbyun membentuk gugus tugas untuk membantu keluarga yang berduka.

Oh Min-ae, seorang pengacara dan koordinator tim satuan tugas Minbyun mengatakan, dia dan anggota tim lainnya bertemu dengan keluarga korban tragedi Itaewon dua kali, mengadakan konferensi pers untuk memberi mereka kesempatan menyampaikan permintaan mereka kepada publik.

Ayah dari korban lain menjadi emosional saat membaca surat yang dia tulis kepada putrinya yang berusia 26 tahun, yang meninggal dalam himpitan massa.

"Selamat tinggal, putriku. Aku tidak percaya kamu tidak lagi di sini. Hatiku dipenuhi rasa sakit yang luar biasa karena tidak bisa melindungimu dari tragedi itu," lirihnya.

Dijelaskannya, dia menulis surat itu kepada putri satu-satunya dan membacanya keras-keras di sana, berharap dia akan mendengarnya di akhirat.

Dia mengkritik pemerintah karena membiarkan penghancuran massa terjadi.

"Saya ingin memanggil pemerintah di sini atas nama putri saya. Pemerintah menangkap mantan menteri pertahanan dan berusaha menyelidiki mantan presiden, atas kegagalan pemerintah masa lalu untuk melindungi warga negara Korea Selatan," paparnya.

Dia merujuk pada mantan pejabat kementerian perikanan yang hilang di Laut Barat saat bertugas dan dibunuh oleh tentara Korea Utara beberapa jam kemudian.

"(Sebagai ayah dari korban tragedi Itaewon) saya ingin mengajukan pertanyaan kepada pemerintah. Di manakah negara ketika keselamatan warga negaranya terancam dan mereka dibunuh? Apa yang dilakukan ketika warga negara sekarat? Sekarang saya menuntut pemerintah untuk menjawab pertanyaan saya," tuturnya.

Sedangkan ayah korban lain mengatakan, kerumunan itu sama saja dengan "pembunuhan yang lalai".

"Dari atas ke bawah, tragedi Itaewon 29 Oktober adalah pembunuhan lalai yang didorong oleh kurangnya kesadaran akan keselamatan. Ada permintaan bantuan mulai pukul 18:34, hampir empat jam sebelum peristiwa itu terjadi, tetapi polisi mengabaikannya," dia berkata.

Minbyun mewakili keluarga dari 34 korban tragedi Itaewon. Para pengacara mengatakan mereka akan berkonsultasi dengan klien mereka, sebelum mengumumkan tindakan hukum apa yang akan mereka ambil.

Saat dimintai komentar atas permintaan keluarga, kantor kepresidenan mengatakan kompensasi finansial untuk para korban akan dilakukan lebih awal dari yang diharapkan. Tapi itu tidak menyebutkan apa pun tentang permintaan maaf resmi Presiden Yoon Suk-yeol atas tragedi itu.