Ternyata Gara-gara Topi, Anak Petinggi Polri Kaltara Pukul Peserta Bimbel Akpol di PTIK
Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi/ Foto: Jehan/ VOI

Bagikan:

JAKARTA - JAKARTA - Polres Metro Jakarta Selatan masih mendalami kasus dugaan pemukulan anak petinggi Polri Kalimantan Utara (Kaltara), RC (20) terhadap temannya berinsial MFB (16) saat kursus masuk Akademi Kepolisian (Akpol).

Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, AKP Nurma Dewi kejadian itu bermula saat keduannya saling bercanda. Namun ketika itu, ada satu moment korban dituduh oleh pelaku mengambil topinya hingga akhirnya terjadi pemukulan tersebut.

“Pemicu adalah mereka bercanda, kemudian topi yang dipakai masih ada di korban. Jadi itu saja pemicunya, jadi engga terlalu bermasalah. Cuman ini kan anak kecil, jadi anak kecil. Mungkin ya itu, emosinya belum stabil,” kata Nurma kepada wartawan di Polres Metro Jakarta Selatan, Jumat, 18 November.

Perihal aksi pemukulan itu dilakukan di depan pelatihnya, Polisi masih mendalami dari keterangan saksi-saksi. Ia menyebut saat ini pihaknya sudah lima saksi yang dilakukan pemeriksaan.

“Itu masih di dalami (soal dilakukan di depan pelatih). Saksi-saksi sudah kita periksa, kemudian semua nanti kita kumpulkan. Sudah ada 5 orang, saksi korban, ibunda korban, pelatih, assisten pelatih, satu lagi kaka korban,” tutupnya

Sebelumnya diberitakan, Seorang anak petinggi Polri di Kalimantan Utara (Kaltara) berinsial RC (20) dilaporkan ke Polres Metro Jakarta Selatan. Hal ini terjadi karena pelaku diduga memukuli temannya berinsial MFB (16) saat masuk Akademi Kepolisian (Akpol).

Ibu korban, Yusnawati mengatakan kejadian itu terjadi di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Sabtu, 12 November.

Adapun laporannya telah teregister dengan nomor LP/3596/XI/2022/RJS, Sabtu 12 November 2022. Selain itu pihaknya juga telah menyerahkan bukti hasil visum terhadap korban.

Kejadian itu bermula saat anaknnya pulang latihan jasmani. Kala itu anaknya kembali ke rumah dengan wajah babak belur.

“Saya sampai histeris lihat muka dia sudah babak belur. Saya tanya, dia bilang habis dipukul karena salah pengertian. “Dia (pelaku) saya yang ambil topi dia. Padahal topi itu dipakai semua temen atau beberapa teman di camp (Cinere),” kata Yusna saat dikonfirmasi Rabu, 16 November.

“Saya bilang “kok cuma kamu yang dipukul. Dia hanya jawab “tidak tahu,” sambungnya.

Yusna menuturkan anaknya mengalami mengalami beberapa luka di bagian wajah, kepala hingga ulu hatinya. Karena telah dipukul dan ditendang oleh pelaku.

Lebih lanjut, Yusna mengungkapkan bila anaknya mengalami trauma, bahkan dia (anaknya) tidak ingin masalahnya diproses hukum. Lantaran takut, pelaku merupakan petinggi polri.

Kalau luka di muka sudah mengering, kepalanya juga digebukin. Jadi dia merasa sakit kepala dan pusing gitu. Kan tanya, ditonjok atau ditendang itu bagian ulu hatinya. Dia juga selalu ketakutan karena diancam mau dihabisin,” ucapnya.

“Jadi waktu saya bikin laporan dia engga mau, katanya gak usah. Akan tetap kalah,” sambungnya.