MEDAN - Calon wali kota Medan nomor urut 1 Akhyar Nasution berbicara soal pentingnya menjaga rasa keadilan guna mencegah munculnya pemahaman radikalisme yang bisa berujung aksi terorisme.
“Masalah terorisme dan radikalisme berawal pangkal dari rasa keadilan. Pemerintah kota medan menjaga, memberi keadilan, memberikan kesempatan sama kepada semua ke warga Medan untuk berpartisipasi membangun Medan, sehingga Medan kondusif aman, tenteram, harmonis. Ini adalah kerja kita semua,” kata Akhyar Nasution dalam debat Pilkada Medan yang disiarkan YouTube KPU Medan, Sabtu, 5 Desember.
Akhyar yakin radikalisme, terorisme tidak akan tumbuh di Kota Medan karena semua warga Kota Medan diperlakukan dengan adil.
“Karena Medan itu kotanya berbineka jadi kita semua beri keempatan sama. Terorisme terjadi karena rasa tidak adil kami akan meminimalisir ketidakadilan,” sambung Akhyar.
Sementara itu pasangannya, calon wakil wali kota Medan Salman Alfarisi menyinggung soal demo di DPRD. Demo ini disebut memprotes kebijakan pemerintah pusat.
“Jadi saya Salman Alfarisi 11 tahun anggota DPRD di Kota Medan maupun di provinsi Sumut. Terkait dengan masalah kota Medan selalu saya menghadapi demonstrasi ke DPRD dan bukan terkait regulasi kota Medan tapi terkait dengan regulasi pusat. Tapi kami berhasil meredem dalam setiap aksi demo, mudah0mudahan tidak ada kerusuhan di kota Medan. Yang paling penting Medan berkarakter pembangunan karakter,” ujar Salman.
BACA JUGA:
Jawaban Salman dipertanyakan calon wali kota nomor urut 1 Bobby Nasution. Menurutnya, jawaban Salman tak sesuai dengan pertanyaan soal penanganan radikalisme dan terorisme. Pertanyaan ini sebelumnya diajukan pasangan Bobby, Aulia Rachman.
“Saya agak heran sama apa yang disampaikan Pak Salman, demo itu bukan terorisme atau pun radikalisme. Itu penyampaian pendapat, penyampaian aspirasi. Jadi demo bukan radikalisme dan terorisme. Apa langkah konkret untuk menangkal radikalisme, terorisme, apa dari pendidikan dan anak muda bagaimana langkah konkretnya,” kata Bobby.
Dengan tenang, Salman menanggapi pertanyaan Bobby. Yang dimaksud demo itu menurut Salman adalah protes ketidakadilan yang bisa saja menumbukan pemahaman radikalisme.
“Demo itu karena warga Medan merasakan ketidakadilan sehingga bisa jadi tumbuh pemahaman radikalisme. Yang paling penting pendidikan kareakter di masjid, rumah ibadah sekolah,” ujar politikus PKS ini.