Siapa Akhyar Nasution, Mantan Kader Lawas PDIP yang Terpinggirkan
Siapa Akhyar Nasution, Pelaksana Tugas Wakil Walikota Medan yang Terpinggirkan partainya sendiri.

Bagikan:

JAKARTA — Ir. Akhyar Nasution, M.Si adalah pejabat Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan yang menggantikan Dzumi Eldin per tanggal 17 Oktober 2019. Sosok kader PDIP lawas ini terbilang senior dengan keterlibatannya bersama Partai Demokrasi perjuangan sejak tahun 1994. Karakter dan kehidupannya memang terbilang dekat dengan kalangan masyarakat di kota Medan.

Akhyar Nasution pernah menjadi anggota kota Medan periode 1999-2004. Perannya jelas ada dimana ia turut serta pada tingkat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDIP kota Medan. Pada masa kepemimpinan Japorman Saragih sebagai Ketua DPD PDIP, dirinya dipercaya sebagai Wakil Ketua Ketua Bidang Organisasi ketika DPD PDIP.

Nama sang Pelaksana Tugas Wali Kota Medan ini semakin dikenal publik nasional ketika kehadiran Bobby Nasution meramaikan perebutan 'restu' siapa yang akan maju mewakili PDI Perjuangan bersama partai koalisi lainnya menuju bangku walikota. Dedikasi dan perjalanan Akhyar Nasution yang turun temurun dalam keluarga besarnya membesarkan PDIP kota Medan, tak serta merta memudahkan restu pihak DPP dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Bobby Nasution menggeser peluang Akhyar Nasution. 

Kronologi sepak terjang berujung tragis Akhyar Nasution:

  • Tahun 1994: Mendaftarkan diri sebagai anggota PDI (masih dalam satu wadah).
  • Tahun 1995: Akhyar masuk dalam kepengurusan partai.
  • Tahun 1999-2004: Menjadi anggota DPRD kota Medan. 
  • Tahun 2015: Namanya resmi dipasangkan dengan Dzumi Eldin untuk menghadapi Pemilihan Kepala Daerah di Kota Medan. 
  • Dugaan korupsi Dzumi Eldin menyebabkan penahanan oleh KPK, otomatis Akhyar Nasution beralih memegang kendali jabatan Wali Kota Medan sebagai Pelaksana Tugas. Dzumi diduga menerima suap fee proyek, suap jabatan, hingga terbukti memperkaya aset pribadi.
  • Akhyar terkena infeksi virus COVID 19. Namun ia berhasil sembuh dan normal sedia kala.
  • 12 Maret 2020: Kehadiran Bobby Nasution di kantor DPD PDIP pada tanggal 12 Maret 2020 menjawab teka-teki kekalutan Akhyar Nasution. Peluangnya semakin mengecil untuk diresmikan sebagai calon wali kota dari partainya sendiri.
  • Merasa diperlakukan tak adil, Akhyar Nasution lantas mengungkapkan kekecewaan lewat lobi-lobi politik dengan kendaraan partai oposisi. 
  • 1 Agustus 2020: Kader senior PDIP Medan, Akhyar Nasution resmi dipecat dari PDIP. Lewat Surat Keputusan yang ditandatangani Megawati Soekarnoputri dan Hasto Kristiyanto. 
  • Ia tak gentar dan balik melawan mencari dukungan partai oposisi. Partai Demokrat menyambutnya. Disertai dukungan PKS pada tanggal 29 Agustus 2020. 
  • Akhyar Nasution dan Salman Alfarisi resmi menjadi lawan Bobby Nasution dan Aulia Rahman.
  • Konflik meruncing tajam masuk ke ranah personal lewat pernyataan Djarot Saiful terhadap Akhar Nasution yang dianggap melawan keputusan partai dan pernah tersangkut isu kasus korupsi MTQ.

___

Siapa Akhyar Nasution sebenarnya

Akhyar Nasution adalah putra dari Anwar Nasution, figur seorang kader tulen PDIP asal Medan. Pergerakan Akhyar Nasution bersama PDI Perjuangan, sudah dimulai sejak tahun 1994. Ia dibesarkan di kawasan Pajak Pagi Tanjung Mulia, perbatasan Medan Deli dengan Medan Timur.

Setelah lulus dari SMA Negeri 3 kota Medan, Akhyar berhasil masuk ke fakultas Fisika di Universitas Sumatera Utara lewat jalur Penerimaan Berdasarkan Minat dan Kemampuan (PMDK). Sayangnya belum satu semester dijalani, ia memilih berhenti keluar dan bekerja sebagai staf laboratorium di salah satu perusahaan minyak goreng.

Ia menyukai ilmu nuklir. Karenanya ia memilih fakultas Fisika sebagai jembatan pendidikannya. Sayangnya tak pernah ada hal perihal studi ilmu nuklir pada fakultas tersebut merendahkan keinginannya melanjutkan kuliah. 

Namun di tahun 1988 ia memutuskan berkuliah kembali. Ia mengambil jurusan Teknik Sipil, masih di kampus yang sama seperti pertama dulu ia memulai, Universitas Sumatera Utara. Akhyar Nasution lahir dengan pengaruh Marhaenisme dalam lingkungan keluarga besarnya. Sang Ayah, Erwin Nasution adalah pengurus PDI dan juga anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di era 1960-an.

Semasa berkuliahnya dulu, Akhyar Nasution juga menjabat sebagai Sekretaris Komisariat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Teknik Sipil USU.

Akhyar Nasution merupakan lulusan Sekolah Guru Kader Utama PDIP angkatan IV pada tahun 2012 di Kulonprogo, Yogyakarta. Ibarat darah yang begitu mengental, darah dinasti keluarga Akhyar Nasution adalah PDIP.

Akhyar Nasution menjadi pemilih pemula dengan mendaftarkan diri sebagai kader PDI dan dihadiahi kartu anggota partai saat itu. Ia berhasil menjadi kader dan masuk kepengurusan di tahun 1994, berlanjut seterusnya hingga ia terpilih sebagai anggota DPRD Medan 1999–2004.

Setelah tamat kuliah, pada tahun 1995 ia bekerja di salah satu perusahaan kontraktor PT. Fajar Hamparan Mas, di jalan Krakatau, Medan. Setelah terpilih sebagai anggota DPRD kota Medan periode 1999-2004, Akhyar tak punya waktu banyak menekuni profesinya sebagai insinyur. Berakhirnya masa tugas keanggotaan DPRD, maka ia pun kembali melanjutkan kehidupannya yang kemarin, insinyur teknik sipil. Beberapa menara di kota Medan dan wilayah-wilayah di Sumatera Utara, menjadi hasil karya Akhyar Nasution. 

Pada tahun 2008 ia ditelpon Japorman Saragih untuk menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara. Sejak saat itulah ia kembali lagi aktif menjadi pengurus PDIP di Sumatera Utara. 

“Jadi saya di PDIP itu sudah guru kader utama dan berkarier aktif di kepengurusan dari tingkat ranting, anak cabang, hingga DPD PDIP Sumut. Saya juga mendapatkan warisan darah PDIP dari kakek dan ayah saya. Jadi saya sangat paham yang akan dibuat partainya, yakni mengutamakan kadernya,” ucapnya penuh harap.

Menurutnya, apa yang ia dapatkan lewat perjuangan dari bawah dengan berbagai tempaan sebagai kader, berhasil menempatkan Akhyar Nasution sebagai Guru Kader Utama. Ditambahkan Akhyar, bahwa hanya ad sebanyak 30 orang yang memiliki sertifikat status sebagai Guru Kader Utama PDIP diantara ratusan ribu kader partai di Sumatera Utara.

Pertemuannya dengan Dzulmi Eldin kala menjabat sebagai anggota DPRD terjadi pada tahun 2002. Dzumi ketika itu menjaabat Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan counterpat Komisi C DPRD dan Panitia Anggaran.

Shohibul Ansor, pengamat politik di Sumatera Utara juga menggambarkan bagaimana sepak terjang Akhyar Nasution sebagai seorang kader yang memulainya sendiri dari kalangan grasroot. Akhar memiliki semangat kerja pelayanan kepada masyarakat, dengan kinerja partai yang seimbang.

Pengabdian Akhyar Nasution terhadap PDI Perjuangan ibarat sehidup semati, yang ia sendiri takkan pernah bisa membayangkan akan berakhir tragis menjelang Pilkada serentak nanti di bulan Desember 2020. Merasa tak dianggap kontribusinya selama di dalam partai, pembangkangannya terhadap keputusan resmi DPP PDIP yang diucapkan langsung dari mulut Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, akhirnya berujung pemecatan sebagai anggota ataupun fungsionaris PDIP. 

___

Perlawanan yang berujung pemecatan

Apa yang terjadi pada Akhyar Nasution serupa tapi tak sama seperti yang dialami Teguh Purnomo di kota Solo. Dua sosok kader senior PDIP yang sebelumnya ramai diperkirakan sebagai figur berikutnya untuk mewakili partai, ternyata berbalik arah. Bedanya, Teguh memilih legowo berdalih alasan pribadi dan tak berujung pemecatan. Sehingga Gibran Rakabuming Rabu semakin kencang melaju maju. Sementara Akhyar Nasution mengindahkan dan bahkan melawan balik keputusan partai dengan cara menyeberang ke kubu oposisi lewat kendaraan partai Demokrat dan PKS.

Sebelum terbitnya surat keputusan tertanggal 1 Agustus 2020 bernomor 29/A/KPTS-DPD/DPP/VIII/2020 yang menyimpulkan kabar pemecatan dan peremajaan struktur internal DPD, nama Akhyar Nasution mudah ditemukan terlibat aktif sebagai fungsionaris partai. 

Ia pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi ketika DPD PDIP dibawah kepemipinanan Japorman Saragih. Sampailah di bulan Juni 2020 terjadi pengunduran diri Japorman dan menjadikan Djarot Saiful sebagai Pelaksana Tugas Ketua DPD PDIP kota Medan, nama Akhyar tak terlihat lagi dalam susunan fungsionaris partai yang terbaru.

Sampailah berpindah estafet di tangan Djarot Saiful sebagai Ketua Pelaksana Tugas (Plt) DPD PDIP barulah tak ada lagi nama Akhyar Nasution.

Sebelum tanggal 12 maret 2020, angin sebenarnya masih mengarah kepada sebuah nama calon walikota lewat seorang Akhyar Nasution. Ia adalah figur putra daerah yang memiliki jaringan kuat kepada para pemilihnya di Medan. Perhatian Akhyar Nasution menjadikan sosoknya sebagai pejabat yang cukup dekat di kalangan masyarakat. Pemecatan terhadap dirinya berujung perlawanan dan menimbulkan riak-riak di tingkat bawah.

Namun setelah kemunculan Bobby Nasution yang mendaftarkan diri sebagai kader PDIP pada tanggal 12 Maret 2020, hari-hari Akhyar semakin dipenuhi spekulasi bahwa dirinya takkan lagi memiliki peluang yang sama untuk mewakili PDI-P sebagai calon walikota Medan 2020–2024.

Pada bulan Desember 2019, Japorman Saragih berani menyatakan terang bagaimana seorang Akhyar Nasution yang merupakan kader PDI-P adalah sosok mumpuni, pekerja keras, dan memahami kota Medan. Seperti ingin menjaga netralitasnya, Japorman menyatakan bahwa Akhyar Nasution masih memiliki peluang sama dengan Bobby Nasution. Walaupun Japorman tahu, semua bagaimanapun tergantung keputusan sang Ibu Ketum, Megawati.

Sisi pragmatis yang diperlihatkan elit PDIP dalam tingkatan DPP menegaskan bahwa PDIP bukanlah partai kader, sebagaimana semangatnya dulu. Partai yang membawa nama Jokowi sebagai presiden dua periode, justru lebih memilih untuk menjaga hubungan baik dinasti politik keluarga presiden ketimbang melihat aturan main dan loyalitas para kader-kader senior yang memulainya dari bawah. Begitu anggapan Sohibul. Menyebabkan pengabaian kepada mereka yang sudah memulainya lebih dulu dari bawah penuh dedikasi.

Pada akhirnya di bulan Juni lalu, bersamaan dengan kunjungan Bappilu Partai Demokrat, Akhyar Nasution menyatakan siap untuk bergbung dan mendaftarkan diri lewat kartu tanda anggota partai. Dengan embel-embel syarat: bahwa partai biru itu mendukungnya penuh saat maju menjadi calon walikota Medan. 

[/blockquote footer]"Ketika tidak ada saluran atau ruang politik tidak diberikan, tentu dia mencari solusi alternatif untuk tampil sebagai calon wali kota," ucap Kamhar Lakumani, Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) partai Demokrat. Satu diantara alasan lainnya kenapa Akhyat Nasution memilih melawan keputusan partai.[/blockquote]

___

Medan Berkarakter

Lewat dua kendaraan partai, yakni Demokrat dan PKS, Akhyar Nasution dan Salman akan berhadapan dengan Bobby dan Aulia yang didukung PDIP, Gerindra, PAN juga Golkar.

Penggabungan koalisi kedua partai berhasil mencapai ambang batas minimal (treshold) yakni 20 persen untuk lingkup Pilkada. Akhyar Nasution dipasangkan bersama Salman Alfarisi yang juga menjabat sebagai fungsionaris PKS dan Wakil Ketua aktif DPRD kota Medan.

Salman seperti ingin meneguhkan hati Akhyar Nasution bahwa dinamika politik seringkali mengorbankan hal-hal bernilai namun tetaplah harus berpegang pada aturan main; maka Salman pun berani berucap ia akan mengundurkan terlebih dahulu sebagai anggota DPRD sebelum nantinya ditetapkan resmi oleh KPU kota Medan sebagai Calon Walikota Medan bersama Akhyar Nasution.

“Jadi mengajukan pengunduran diri itu sebelum diputuskan KPU, bukan sebelum pendaftaran. Kalau untuk pendaftaran itu kan ada tenggat waktu yang diberikan KPU itu untuk mengundurkan diri sebelum waktu penetapan,” pungkasnya.

Akhyar berusaha melupakan tudingan bahwa dirinya dikabarkan mengamuk setelah tak mendapatkan restu dari pihak DPP PDIP dan Ketua Umumnya sendiri dan malah memilih Bobby Nasution. 

“Ada di Medan, dia masuk sebagai PDIP itu. Bayangkan, urusan rekomendasi itu sudah otorisasi saya, karena saya dipilih kongres partai. Semua mesti tahu itu,” ujar Megawati saat membuka Sekolah Partai Angkatan II bagi Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah PDIP secara virtual, Rabu (26/8/2020).

Keberpihakan penuh juga diucapkan Agus Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat melalui konferensi video. Bahkan janji totalitas Hinca Panjaitan untuk turun langsung ke lapangan demi kemenangan Akhyar Nasution, menjadi komitmen keseriusan Demokrat menyokong pasangan tersebut demi atmosfir iklim demokrasi kota Medan. 

Dimana tak pernah terpikir sebegitu jauh bahwa perannya dalam partai yang sudah lintas generasi sebagai pilihan keluarga besarnya itu dipinggirkan lewat ‘jalan mulus’ anak muda bernama Bobby Nasution. 

"Setelah pasangan AMan resmi mendaftar dan penetapan oleh ke KPU Medan. Saya akan turun ke Medan bergabung bersama warga bersosialisasi memberi dukungan,” sebut Hinca Pandjaitan, Senin (30/8).

___

Profil Akhyar Nasution

Nama lengkap

Ir. H. Akhyar Nasution. M.Si,

Panggilan

Akhyar

Tempat dan tanggal lahir

Medan, Sumatera Utara, 21 Juli 1966

Profesi

Politikus, Birokrat

Gelar

Insinyur (Ir)

Master of Science (M.Si)

Agama

Islam

Orangtua

(Alm) Anwar Nasution, Siti Aisyah

Pasangan

Hj. Nurul Khairani Akhyar

__

Pendidikan

Universitas Sumatera Utara (USU)

SMA Negeri 3 Kota Medan

SMPN 11 Kelurahan Pulo Brayan Kota, Medan Barat, Medan

SD Negeri 060863/27 Kelurahan Brayan Bengkel, Medan Timur

__

Perjalanan karir

Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Medan, Sumatera Utara (2019-2020)

Wakil Walikota Medan, Sumatera Utara (2015-2019)

Wakil Ketua Bidang Organisasi DPD PDIP Medan, Sumatera Utara.