Bagikan:

JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dikabarkan sakit dan tengah dirawat di RS UMMI, Bogor, Jawa Barat. Kabar ini dibenarkan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya yang telah menghubungi pihak rumah sakit.

Menurut penuturan pihak manajemen RS UMMI, Bogor, Rizieq dirawat sejak Rabu, 25 November dan dirawat karena kelelahan. Namun, secara keseluruhan kondisi pentolan FPI ini dalam keadaan baik dan akan terus dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter. 

Bima juga mengatakan Rizieq belum melakukan uji usap atau swab test guna mendeteksi COVID-19 di dalam tubuhnya karena merasa tidak bergejala meskipun dia juga meminta untuk tidak dijenguk karena ingin beristirahat dengan maksimal.

"Menurut pihak rumah sakit, beliau meminta tidak dijenguk karena ingin istirahat," kata Bima saat dihubungi VOI, Kamis, 26 November.

Meski Rizieq merasa tidak bergejala dan tak merasa perlu melakukan uji usap namun Bima tetap meminta agar dia tetap melakukannya. Hal ini harus dilakukan guna melindungi tenaga kesehatan yang merawat dirinya di rumah sakit.

Apalagi, beberapa waktu belakangan, orang-orang yang bertemu dengan Rizieq Shihab ada yang dinyatakan positif COVID-19. 

"Saya sudah meminta agar Habib Rizieq segara di-swab. Walaupun tanpa gejala, tapi beliau kan interaksi, cipika-cipiki dengan banyak orang," tegasnya.

Namun, saat ini Bima belum mengetahui apakah Rizieq bersedia dites PCR atau tidak. "Saya masih tunggu respons beliau," kata dia.

Klaim Rizieq tidak sakit

Ketua Front Pembela Islam (FPI) Provinsi DKI Jakarta, Muchsin Alatas membantah kabar Rizieq sakit. Saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh VOI, dia mengatakan Rizieq saat ini dalam kondisi sehat dan bahkan menuding apa yang disampaikan Bima hanya pernyataan yang dibuat-buat. 

"Ah, jangankan Wali Kota Bogor, pejabat lain juga selalu bilang gitu," kata Muchsin.

Menurut dia, Rizieq saat ini dalam kondisi sehat dan sedang menyiapkan gelaran reuni 212. Berdasarkan informasi yang disampaikannya, acara ini nantinya akan dilakukan secara daring menggunakan aplikasi Zoom.

"Sehat-sehat saja, enggak ada kabar (sakit, red). Sudah lama juga saya enggak ketemu beliau, tapi sehat-sehat saja, enggak ada apa-apa bahkan lagi persiapan 212," tegasnya.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum PA 212 Slamet Maarif membantah bahwa Rizieq menjalani perawatan. Kata Slamet, Rizieq sebatas memeriksa kesehatannya secara umum. "Alhamdulillah, beliau (Rizieq) sehat, hanya general check saja," ungkapnya.

Selain itu, Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI, Aziz Yanuar beberapa waktu lalu juga telah menegaskan Rizieq negatif COVID-19. Dia mengaku, Rizieq telah menjalankan uji usap pada Minggu, 22 November dan hasilnya negatif.

Hal ini disampaikannya setelah ada perwakilan dari Polsek Metro Tanah Abang dikirim untuk mengimbau Rizieq agar menjalani tes usap COVID-19 pada Sabtu, 21 November. Imbauan ini muncul karena pentolan FPI itu diduga sakit dan memiliki ciri-ciri seperti terpapar COVID-19 setelah berkerumun dalam sejumlah acara termasuk saat pernikahan anaknya sekaligus peringatan Maulid Nabi beberapa waktu lalu.

"Habib Rizieq sudah dites kemarin (Minggu, 22 November, red). Hasilnya keluar hari ini dan negatif," kata Aziz kepada wartawan, Senin, 23 November.

Selain Rizieq, Aziz juga menyebut keluarga Rizieq turut dinyatakan negatif COVID-19. Hasil ini diketahui dari tes swab bersamaan dengan pemeriksaan Rizieq. "Istri, anak, dan menantunya juga negatif," kata Aziz.

Meski pihak FPI membantah jika Rizieq sakit, namun epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan semua pihak yang memang merasa sakit dan mengalami gejala COVID-9 harus melakukan pemeriksaan dan pengujian. Ini berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali dan hal ini menjadi hal yang penting.

"Kenapa penting, ini untuk memastikan kesehatannya sendiri termasuk untuk keluarganya. Kalau ternyata positif, ini juga untuk melakukan tracing kepada orang-orang melakukan kontak erat," katanya saat dihubungi.

"Jadi kewajibannya adalah melaporkan diri kepada pemerintah setempat, puskesmas, dan dinas kesehatan," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia mengingatkan pelaporan ini juga sebagai bentuk tanggung jawab moral terhadap orang-orang yang pernah dia temui, jika memang benar terpapar. "Kalaupun tidak, ya, artinya dia sudah melakukan upaya mencegah adanya peluang atau risiko terpapar," pungkasnya.