Bagikan:

JAKARTA - Harga gas di Eropa tercatat melonjak lebih dari 2 persen pada Jumat, 27 Desember, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan penghentian jalur utama pengangkutan gas melalui Ukraina. Langkah ini memicu kekhawatiran atas pasokan energi di tengah konflik yang terus berlangsung antara kedua negara.

Harga acuan gas Eropa naik menjadi sekitar 47 euro per megawatt jam, tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Kenaikan ini terjadi setelah Putin menyatakan tidak ada cukup waktu untuk mencapai kesepakatan baru terkait transit gas sebelum kontrak yang ada habis pada akhir tahun.

“Mereka (Ukraina) telah mengumumkan tidak akan memperpanjang kontrak. Tidak ada kontrak, dan tidak mungkin menyelesaikannya dalam waktu tiga hingga empat hari,” ujar Putin dalam pengarahan yang disiarkan televisi pada Kamis, 26 Desember, dilansir dari The Telegraph, Sabtu, 28 Desember

Meski tengah berperang, Rusia masih mengekspor gas ke sejumlah negara Eropa melalui pipa Urengoy–Pomary-Uzhhorod, yang dikenal sebagai pipa Brotherhood. Jalur ini melintasi wilayah timur laut Ukraina, menyusuri Sungai Dnipro, dan berakhir di perbatasan barat Ukraina sebelum mengalir ke negara-negara seperti Slovakia, Hungaria, dan Austria.

Jalur ini menjadi sumber pendapatan besar bagi Rusia dan Ukraina. Pada tahun 2024, Rusia diperkirakan meraup sekitar 5 miliar dolar AS dari penjualan gas melalui Ukraina, sementara Ukraina memperoleh sekitar 1 miliar dolar AS dari biaya transit.

Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan pihaknya tidak akan memperbarui kontrak kecuali Rusia setuju untuk menunda pembayaran hingga perang berakhir—a syarat yang ditolak keras oleh Moskow.

Ketergantungan negara-negara Eropa pada gas Rusia tetap tinggi, meskipun banyak negara telah mengurangi hubungan energi mereka dengan Moskow sejak konflik dimulai. Slovakia, misalnya, masih mendapatkan 60 persen pasokan gasnya dari Rusia melalui Ukraina pada tahun 2023, sementara Hungaria bergantung pada energi Rusia untuk 80 persen kebutuhan energinya.

Austria sebelumnya menerima lebih dari 90 persen gasnya dari Rusia sebelum perselisihan kontrak memicu penghentian pasokan oleh Gazprom pada November. Namun, pemerintah Slovakia dan mitranya di Hungaria, Austria, serta Italia sedang berupaya memperpanjang kesepakatan untuk menjaga kestabilan pasokan energi mereka.

Langkah Putin ini berpotensi memperburuk krisis energi di Eropa, memaksa negara-negara untuk mengandalkan jalur alternatif yang terbatas, termasuk pipa gas melalui Turki.

Dampak dari kebijakan ini akan menjadi ujian besar bagi ketahanan energi Eropa di musim dingin ini. Bagaimana negara-negara Eropa mengatasi tantangan ini akan menjadi sorotan utama di tengah geopolitik yang terus memanas.