Dicopot Dari Pimpinan Komisi V DPR, Tamliha: Kata Mardiono Ingin Islah, Kok Malah Copot Mencopot
Politikus PPP Syaifullah Tamliha (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Fraksi PPP DPR RI resmi mengganti Syaifullah Tamliha dengan Muhammad Iqbal sebagai Wakil Ketua Komisi V DPR RI pada Selasa, 13 September. Tamliha yang juga Ketua DPP PPP itu menduga pencopotan dirinya sebagai pimpinan Komisi V DPR lantaran berkomentar keras terhadap Mukernas PPP.

Diketahui, Mukernas PPP di Banten memutuskan memberhentikan Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum dan digantikan Muhammad Mardiono sebagai Plt.  

Tamliha beralibi, perlawanan atas hasil Mukernas hanyalah upaya dirinya menegakkan aturan partai. Apalagi, kata dia, pergantian posisi ketua umum tanpa proses Muktamar Luar Biasa sudah berulang terjadi. 

"Mungkin saja (dicopot karena melawan). Saya hanya berupaya menegakkan AD/ART PPP. Menjadi preseden buruk bagi PPP sudah dua kali terjadi," ujar Tamliha kepada wartawan, Selasa, 13 September.

Tamliha pun menyayangkan konflik pendapat justru memunculkan konflik personal. Namun, dia menyadari bahwa tidak bisa memaksakan kehendak pribadi di partai. 

"Semestinya konflik pendapat tidak boleh menyebabkan konflik personal. Namun tentunya masing-masing memiliki cara berdemokrasi," katanya.

Tamliha lantas mengutip pesan mendiang tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), yang menyebut 'demokrasi dibunuh oleh orang-orang yang mengaku demokratis'.

"Saya kader ideologis NU, masih ingat dengan pesan tokoh muda NU almarhum Subhan, ZE: demokrasi dibunuh oleh orang-orang yang mengaku dirinya demokratis, dengan cara seolah-olah demokratis dan dalam forum yang seolah-olah demokratis. Ini yang terjadi hari ini dalam tubuh partai saya PPP," ungkap Tamliha.

"Duit tidak akan pernah mempersatukan orang. Dua saudara bisa saling membunuh karena berebut warisan 'ghanimah'. Hanya ideologi atau iman yang bisa mempersatukan orang," sambung legislator dapil Kalimantan Selatan itu.

Tamliha juga menyindir Plt Ketua Umum PPP Muhammad Mardiono yang sempat menyatakan ingin islah dengan Suharso Monoarfa. Tetapi, kata dia, yang terjadi justru dia dicopot dari jabatan pimpinan Komisi V DPR.

"Kata Mardiono ingin islah dan menghindari konflik, kok malah copot mencopot. Saya dari dulu juga enggak punya minat jadi pimpinan komisi, tapi hanya karena perintah partai," tegas Tamliha.