Waketum PPP: Suharso Monoarfa Sempat Ingin Mengundurkan Diri Sebelum Mardiono Ditunjuk jadi Plt
Waketum DPP PPP Arsul Sani (tengah) menyampaikan keterangan pers terkait pemberhentian Suharso Monoarfa/ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Internal PPP memanas pasca diberhentikannya Suharso Monoarfa sebagai Ketua Umum. Wakil Ketua Umum PPP Arsul Sani, mengungkapkan Suharso sempat hendak mengundurkan diri sebagai ketua umum sebelum digantikan oleh Plt Ketum, Muhammad Mardiono.

Arsul mengklaim, rencana pengunduran diri Suharso disampaikan beberapa hari sebelum Mukernas pengukuhan Mardiono sebagai Plt Ketua Umum digelar. 

Arsul juga menuturkan, Suharso sempat menyampaikan rencana pengunduran dirinya kepada Mardiono yang merupakan Ketua Majelis Pertimbangan PPP. Bahkan, kata dia, Suharso juga berkomunikasi dengan mantan Ketum PPP, Romahurmuziy.

"Komunikasi itu sudah berhari-hari. Dari yang disampaikan oleh Pak Mardiono dan juga kebetulan beliau berkesempatan juga berkomunikasi dengan Pak Romy, mantan ketum. Itu beliau sempat menyampaikan keinginan untuk mengundurkan diri," ujar Arsul kepada wartawan di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin, 5 September. 

Arsul mengungkapkan, Suharso sudah ditawarkan posisi lain di PPP usai digantikan oleh Mardiono. Kata dia, Menteri PPN/Kepala Bappenas itu akan ditempatkan di posisi yang terhormat, namun tidak di puncak eksekutif partai sebagai ketua umum.

"Kemudian, Plt yang menjadi pimpinan PPP Pak Haji Muhammad Mardiono. Nah, karena tadi malam sudah malam sekali, kita ini sekarang sedang berbicaralah, berkomunikasi, Pak Harso ini pengin di mana. Kita ingin tempatkan beliau di posisi terhormat tapi tidak di puncak eksekutif partai," kata Arsul.

Hanya saja, tambah Arsul, yang kemudian menjadi kisruh adalah pengukuhan Plt Ketum PPP sudah lebih dulu dilakukan sebelum surat pengunduran diri Suharso diserahkan. 

Sementara, riak-riak suara di kalangan internal partai sudah sepakat soal mengukuhkan Mardiono melalui Mukernas PPP di Banten. 

"Iyalah (pengukuhan tanpa menunggu surat pengunduran diri Suharso, red). Kan begini, antara riak-riak dengan keinginan itu kan ketemu. Ya, sudahlah kita selesaikan," kata Arsul.

Sebelumnya, Ketua DPP PPP Syaifullah Tamliha, menegaskan bahwa tidak benar Suharso Monoarfa dipecat sebagai Ketum PPP. Dia membantah bahwa Suharso telah mengundurkan diri.

"Saya barusan tabayun dengan Pak Suharso, ternyata beliau tidak mengundurkan diri sebagai Ketum PPP," ujar Tamliha saat dikonfirmasi, Senin, 5 September. 

Bahkan Tamliha menyebut Mukernas Banten yang menetapkan Mardiono sebagai Plt Ketum PPP, adalah ilegal. Menurutnya, undangan Mukernas tersebut tidak ditandatangani Suharso Monoarfa dan Arwani Thomafi selaku Sekjen.

"Sehingga kabar Pak Harso mundur adalah hoax. Dan Mukernas tersebut ilegal, sebab undangan Rapat Pengurus Harian tidak ditandatangani oleh Ketum dan Sekjen DPP PPP," jelas Tamliha.

Tamliha menegaskan, ketua umum hanya bisa dipilih dan diberhentikan melalui forum Muktamar atau Muktamar Luar Biasa, bukan Mukernas. Jadi kata dia, pemecatan terhadap Suharso Monoarfa tidaklah sah. 

"Tidak ada kewenangan pimpinan majelis memberhentikan ketua umum, sebab ketum PPP dipilih dan diberhentikan lewat muktamar atau muktamar luar biasa," tegas Tamliha.