JAKARTA - Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Pandapotan Sinaga menyebut perpecahan dua geng dalam jajaran anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa menyebabkan ketidakefektifan ASN Pemprov DKI dalam bekerja.
Dualisme ini sebelumnya dibeberkan oleh Ketua DPRD DKI Jakarta. Kubu yang berpolemik adalah Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali dengan Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Sigit Wijatmoko.
"Dengan adanya dualisme ini, kinerja ASN Pemprov DKI jadi kurang efektif. Kurang sinkron kita melihatnya. Kalau dalam satu wadah ada kepemimpinan yang tidak sinkron, itu jadi banyak yang miss," kata Pandapotan saat dihubungi, Rabu, 24 Agustus.
Pandapotan memberi contoh ketidakefektifan kerja pejabat Pemprov dari perpecahan dua geng ini. Misalnya, dalam rapat Badan Anggaran DPRD DKI, kerap ada pandangan berbeda dari dua kubu tersebut.
"Salah satu contoh pembahasan di Badan Anggaran. Kan, harusnya kan asisten-asisten mendukung Sekretaris Daerah dalam pembahasan," ujar Pandapotan.
"Padahal Pak Sigit di bawahnya Sekda (Marullah). Tapi, fakta lapangannya ya seperti itu. Itu kan yang kita lihat. Jadi, ruang gerak Sekdanya terbatas selama kepemimpinan yang terakhir ini," lanjutnya.
Sebelumnya, Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi membeberkan bahwa saat ini ada perpecahan dua kubu dalam jajaran ASN di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Prasetyo menuturkan, dua geng yang terbelah ini di antaranya kelompok ASN lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang dulu bernama STPDN, dengan kelompok umum.
"Sekarang ada satu dilematis di pemerintahan eksekutif, sudah punya geng-geng ini, yaitu geng STPDN dan geng umum," kata Prasetyo di ruang Fraksi PDIP Gedung DPRD DKI Jakarta.
BACA JUGA:
Prasetyo menyebut dua kubu dalam jajaran anak buah Anies ini adalah Sekretaris Daerah DKI Jakarta Marullah Matali dengan Asisten Pemerintahan Sekretaris Daerah DKI Jakarta Sigit Wijatmoko yang merupakan lulusan IPDN.
Saat ini, Prasetyo melihat Sigit terkesan tidak menghargai Marullah sebagai pejabat daerah dengan pangkat yang lebih tinggi darinya.
"Sekarang Sekdanya enggak dihargai oleh asisten. Ini seperti ada Sekda bayangan, namanya Sigit. Kalah begini, bagaimana mau jalan, ini istilahnya pemerintahan?" cecar Prasetyo.