Rusia Sebut Senjata Bantuan Barat untuk Ukraina Sebabkan Peningkatan Perdagangan Ilegal
Ilustrasi bantuan senjata untuk Ukraina. (Twitter/@UAWeapons)

Bagikan:

JAKARTA - 'Banjir' senjata Barat yang tak terkendali di Kyiv, mengakibatkan peningkatan besar-besaran penjualan senjata di pasar gelap, memanfaatkan blacknet dan darknet, kata wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Ivan Nechayev, Kamis.

Negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat memberikan bantuan beragam jenis persenjataan untuk Ukraina, guna menghadapi invasi Rusia.

"Banjir senjata di Kyiv yang tidak terkendali telah menyebabkan peningkatan perdagangan senjata ilegal di pasar gelap, termasuk segmen darknet," ungkap Nechayev seperti melansir TASS 11 Agustus.

Diplomat itu mencatat, menurut penegakan hukum negara-negara Uni Eropa, ratusan unit senjata otomatis dan puluhan ribu butir amunisi yang dikirim secara ilegal dari Ukraina, disita setiap bulan dan dikembalikan ke negara itu.

"Dan ini bukan hanya tentang senjata ringan. Misalnya, di darknet mereka menawarkan rudal untuk sistem senjata anti-tank Javelin seharga 30.000 dolar AS," jelasnya.

"Rudal untuk sistem senjata anti-tank ringan NLAW seharga 15.000 dolar AS, drone kamikaze Switchblade 600 seharga 7.000 dolar AS, hingga senjata ringan, granat dan rompi antipeluru ditawarkan mulai dari 1.000 dolar AS hingga 3.500 dolar AS. Tren yang mengkhawatirkan ini menyebabkan semakin banyak pertanyaan di kalangan publik Barat," tambahnya.

Diplomat itu menambahkan, selain persenjataan, AS memberikan data pengintaian kepada Ukraina. "Menurut laporan yang ada, informasi digunakan tidak hanya dari (satelit) militer tetapi juga dari sipil, satelit swasta yang pada dasarnya mengarah pada militerisasi ruang angkasa," pungkasnya.