Presiden Korsel Tidak Tutup Kemungkinan Pengiriman Bantuan Senjata ke Ukraina, Rusia: Posisi Tidak Bersahabat
Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. (Wikimedia Commons/KOCIS/Jeon Han)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Selatan mungkin akan memperluas dukungannya untuk Ukraina di luar bantuan kemanusiaan dan ekonomi jika terjadi serangan sipil berskala besar, kata Presiden Yoon Suk-yeol, menandakan pergeseran sikapnya terhadap kemungkinan mempersenjatai Ukraina untuk pertama kalinya.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters menjelang kunjungan kenegaraannya ke Amerika Serikat minggu depan, Presiden Yoon mengatakan pemerintahnya telah menjajaki bagaimana membantu mempertahankan dan membangun kembali Ukraina, sama seperti Korea Selatan menerima bantuan internasional selama Perang Korea 1950-53.

"Jika ada situasi yang tidak dapat dimaafkan oleh komunitas internasional, seperti serangan skala besar terhadap warga sipil, pembantaian atau pelanggaran serius terhadap hukum perang, mungkin sulit bagi kami untuk hanya memberi dukungan kemanusiaan atau keuangan," kata Presiden Yoon, melansir Reuters 19 April.

Ini adalah pertama kalinya Seoul menyarankan kesediaan untuk memberikan senjata ke Ukraina, lebih dari setahun setelah mengesampingkan kemungkinan bantuan mematikan.

Sebelumnya, sekutu utama AS dan produsen utama amunisi artileri ini berusaha menghindari permusuhan dengan Rusia, karena perusahaannya beroperasi di sana dan pengaruh Moskow atas Korea Utara, meskipun ada tekanan yang meningkat dari negara-negara barat untuk pasokan senjata.

"Saya percaya tidak akan ada batasan sejauh mana dukungan untuk mempertahankan dan memulihkan negara yang telah diserang secara ilegal baik di bawah hukum internasional maupun domestik," sebut Presiden Yoon.

"Namun, mengingat hubungan kami dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perang dan perkembangan di medan perang, kami akan mengambil tindakan yang paling tepat," tandasnya.

Menanggapi hal tersebut, Kremlin mengatakan, setiap keputusan Korea Selatan untuk memasok senjata ke Ukraina, akan membuat Seoul ikut serta dalam konflik tersebut.

"Sayangnya, Seoul telah mengambil posisi yang agak tidak bersahabat dalam keseluruhan cerita ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan dalam sebuah pengarahan.

"Mereka akan mencoba untuk menarik lebih banyak negara secara langsung ke dalam konflik ini. Tapi tentu saja, dimulainya pengiriman senjata secara tidak langsung berarti tahap keterlibatan tertentu dalam konflik ini," papar Peskov.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev memperingatkan bahaya dari rencana Korea Selatan untuk memasok senjata ke Ukraina.

"Telah muncul penggemar baru yang ingin membantu musuh kita. Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol telah mengatakan bahwa pada prinsipnya negaranya siap untuk memasok senjata kepada rezim Kiev," sebut Medvedev di saluran Telegramnya pada Hari Rabu, seperti mengutip TASS.

"Sampai baru-baru ini, Korea Selatan dengan keras meyakinkan bahwa kemungkinan memasok senjata mematikan ke Kyiv sepenuhnya dikesampingkan," kenangnya.

"Saya ingin tahu apa yang akan dikatakan orang-orang di negara itu ketika mereka melihat senjata terbaru Rusia di tangan tetangga terdekat mereka - mitra kami di DPRK (Korea Utara)?" Medvedev bertanya.

"Seperti yang mereka katakan, quid pro quo," dia menggambarkan situasi seperti itu.

Diketahui, Presiden Yoon dijadwalkan mengunjungi Washington minggu depan untuk pertemuan puncak dengan Presiden AS Joe Biden, menandai peringatan 70 tahun aliansi kedua negara.