Barat Dikabarkan Bakal Kirim Senjata Jarak Jauh ke Ukraina, Menlu Lavrov: Kami Pukul Mundur
Menlu Rusia Sergei Lavrov. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Hari Kamis, pasukan Rusia akan menanggapi pengiriman senjata jarak jauh Barat ke Kyiv dengan mencoba memukul mundur pasukan Ukraina lebih jauh dari perbatasannya, untuk menciptakan zona penyangga yang aman.

Lavrov mengatakan kepada TV pemerintah, setiap orang menginginkan konflik di Ukraina - yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" - untuk diakhiri, tetapi dukungan Barat untuk Kyiv memainkan peran penting dalam cara Rusia mendekati kampanye tersebut.

Dua pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Reuters pada Hari Selasa, Washington sedang mempersiapkan paket bantuan militer baru senilai 2,2 miliar dolar AS yang diperkirakan akan mencakup roket jarak jauh untuk pertama kalinya.

"Kami melihat bagaimana seluruh NATO berperang melawan kami," kata Lavrov, melansir Reuters 2 Februari.

"Kami sekarang berusaha untuk memukul mundur artileri tentara Ukraina ke jarak yang tidak akan menimbulkan ancaman bagi wilayah kami," tambahnya.

"Semakin besar jangkauan senjata yang dipasok ke rezim Kyiv, semakin kita harus memukul mundur mereka kembali dari wilayah yang merupakan bagian dari negara kita," tegas Menlu Lavrov.

Dalam konteks ini, dia mengatakan itu adalah "realitas objektif" bahwa Rusia telah memperluas wilayahnya dengan memasukkan empat wilayah Ukraina tahun lalu.

Sebagian besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk aneksasi keempat wilayah yang terdiri dari Lugansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia tersebut sebagai ilegal.

Lavrov mengatakan Rusia tidak membutuhkan bantuan di Ukraina dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), aliansi negara-negara bekas Soviet dan tidak memintanya untuk memberikan dukungan material.

Kremlin mengatakan pada Hari Rabu, pengiriman roket jarak jauh ke Ukraina hanya akan meningkatkan konflik, tetapi tidak mengubah arahnya.

Sementara, analis militer mengatakan, senjata semacam itu akan menempatkan semua jalur pasokan Rusia di Ukraina timur, serta bagian dari Krimea yang dianeksasi, dalam jangkauan pasukan Ukraina.

Ukraina mengatakan pihaknya berencana untuk merebut kembali semua wilayahnya dengan paksa, termasuk Krimea.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.

Dia mengatakan operasi itu diperlukan untuk melindungi keamanan Rusia, menentang apa yang dia gambarkan sebagai upaya Barat untuk menahan dan melemahkan Moskow.

Terpisah, Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengobarkan perang ilegal yang dirancang untuk memperluas wilayahnya.