Bagikan:

JAKARTA - Pengawas nuklir PBB mengkritik Iran, lantaran membuat perubahan yang tidak diumumkan pada interkoneksi antara dua kelompok mesin canggih yang memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen, mendekati tingkat senjata di salah satu fasilitas nuklirnya.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menemukan perubahan itu selama inspeksi mendadak pada 21 Januari di Fordow Fuel Enrichment Plant (FFEP), sebuah situs yang digali di gunung tempat inspektur meningkatkan pemeriksaan setelah Iran mengatakan akan memperluas pengayaan secara dramatis.

Fasilitas Fordow sangat sensitif, sehingga Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara besar melarang pengayaan di sana. Sejak Amerika Serikat menarik diri dari kesepakatan itu pada 2018 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran, Teheran telah melanggar banyak batasan kesepakatan itu pada kegiatan nuklirnya.

Dalam sebuah laporan rahasia kepada negara-negara anggota yang dilihat oleh Reuters, IAEA tidak mengatakan bagaimana interkoneksi antara dua kaskade sentrifugal IR-6 telah diubah, kecuali bahwa "mereka saling terhubung dengan cara yang secara substansial berbeda dari mode operasi yang dinyatakan oleh Iran (ke IAEA)," seperti mengutip Reuters 2 Februari.

Dalam pernyataan publik yang meringkas laporan rahasia itu IAEA mengatakan, kepala badan tersebut "khawatir Iran menerapkan perubahan substansial dalam informasi desain FFEP, sehubungan dengan produksi uranium yang diperkaya tinggi tanpa memberi tahu Badan sebelumnya."

"Ini tidak konsisten dengan kewajiban Iran berdasarkan Perjanjian Pengamanan, merusak kemampuan IAEA untuk menyesuaikan pendekatan pengamanan untuk FFEP dan menerapkan langkah-langkah pengamanan yang efektif di fasilitas tersebut," bunyi laporan itu.

IAEA memiliki akses rutin ke Fordow untuk melakukan kegiatan verifikasi, seperti inspeksi dan sedang dalam pembicaraan dengan Iran untuk meningkatkan kegiatan tersebut, kata laporan itu.

"IAEA dan Iran telah melanjutkan diskusi mereka. Agensi telah meningkatkan frekuensi dan intensitas kegiatan verifikasinya di FFEP. Namun, beberapa tindakan pengamanan lainnya masih diperlukan dan sedang didiskusikan dengan Iran," tambah laporan itu.

IAEA sendiri menemui jalan buntu selama berbulan-bulan dengan Teheran, yang telah menolak untuk menyerah pada desakan negara anggota guna menjelaskan jejak uranium yang diperkaya tinggi di situs yang tidak diumumkan.

Pada Bulan November, Teheran mengumumkan akan meningkatkan persediaan uranium dan memasang beberapa sentrifugal canggih, termasuk IR-6, di Fordow dan Natanz.

Beberapa minggu kemudian, para pejabat Iran mengatakan delegasi IAEA akan mengunjungi negara itu, tetapi para analis memiliki sedikit kepercayaan bahwa hal itu akan mengarah pada kepatuhan dari Teheran.

Iran memberi tahu agensi tentang perubahan di Fordow setelah pemeriksaan pada 16 Januari, kata laporan itu, seperti mengutip The National News.

IAEA menilai Iran sekarang memiliki persediaan besar uranium yang diperkaya hingga 60 persen, satu langkah lebih dekat untuk memperoleh senjata nuklir.

Meskipun masih akan menghadapi beberapa rintangan dalam memproduksinya, Inggris sebelumnya telah memperingatkan bahwa Iran bergerak cepat untuk mendapatkan senjata nuklir, dengan waktu 'tunggunya dikurangi menjadi "hitungan minggu."