Bagikan:

JAKARTA - Media pemerintah melaporkan Iran mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen di situs nuklir bawah tanah Fordow, di tengah upaya Barat untuk mendorong penghentian program nuklir Teheran, menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015.

Iran sudah memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen di tempat lain, jauh di bawah sekitar 90 persen yang dibutuhkan untuk bahan senjata, tetapi di atas 20 persen yang diproduksi sebelum perjanjian 2015 dengan negara-negara besar, untuk membatasi pengayaan sebesar 3,67 persen.

"Dalam sebuah surat kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran telah memberi tahu badan itu, merek telah mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen di situs Fordow, menggunakan sentrifugal canggih IR-6," lapor kantor berita semi-resmi ISNA, mengutip Reuters 22 November.

Dewan Gubernur IAEA yang beranggotakan 35 negara pada Hari Kamis lalu mengeluarkan resolusi yang memerintahkan Iran, untuk segera bekerja sama dengan penyelidikan badan tersebut terhadap jejak uranium yang ditemukan di tiga situs yang tidak diumumkan, kata para diplomat pada pemungutan suara tertutup.

Sementara, kantor berita semi-resmi Fars mengatakan Teheran juga telah memulai proses "penggantian sentrifugal generasi pertama (IR-1) dengan yang canggih IR-6" di Fordow, sebuah situs yang terkubur di dalam gunung.

Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia memungkinkan Iran hanya menggunakan sentrifugal IR-1 generasi pertama. Tetapi, karena kesepakatan itu dibatalkan setelah Presiden Donald Trump meninggalkannya pada 2018, Teheran memasang kaskade sentrifugal canggih yang lebih efisien, seperti IR-2m, IR-4 dan IR-6.

Pada Bulan Juni, Reuters melaporkan Teheran meningkatkan pengayaan uraniumnya lebih lanjut, dengan mempersiapkan penggunaan sentrifugal IR-6, yang dapat dengan mudah beralih di antara tingkat pengayaan di situs Fordow.

Adapun jaringan televisi SNN Iran mengatakan Teheran telah mulai memasang kaskade baru atau klaster, sentrifugal canggih di situs nuklir Natanz dan Fordow, menambahkan melakukan itu adalah "tanggapan yang kuat" terhadap resolusi terbaru IAEA.

"Iran telah memulai proses penyuntikan gas ke dalam dua kaskade sentrifugal canggih IR-2m dan IR-4 di situs Natanz bawah tanah," lapor SNN.

Resolusi IAEA adalah yang kedua tahun ini, menargetkan Iran atas penyelidikan, yang telah menjadi hambatan untuk pembicaraan menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir Iran 2015, karena Iran menuntut penyelidikan diakhiri.

Adapun pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali Kesepakatan 2015 telah menemui jalan buntu sejak September, dengan kedua belah pihak menuntut lebih banyak fleksibilitas.