AS Terus Kirim Pasokan Senjata ke Kyiv, Menlu Lavrov Sebut Tidak akan Buat Rusia Patuhi Aturan Washington
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. (Wikimedia Commons/The Official CTBTO Photostream)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, Amerika Serikat tidak akan dapat merampas hak Rusia atas suaranya sendiri dalam urusan internasional dan memaksanya untuk mematuhi aturan yang diciptakan oleh Washington dengan memasok senjata ke Ukraina.

Ini dikatakan Menlu Lavrov dalam wawancara dengan saluran televisi Rossiya 1 Hari Minggu. Ketika ditanya tentang apa yang ingin dicapai Amerika Serikat dengan mengirimkan senjata tambahan ke Ukraina, Menlu Lavrov menyebut, Washington telah menyatakan tujuan ini sejak lama.

"Mereka mencapai apa yang mereka umumkan sejak lama, bahwa Rusia harus tahu tempatnya, Rusia tidak memiliki hak untuk bersuara sendiri dalam urusan internasional, Rusia harus mematuhi aturan yang diciptakan oleh Amerika Serikat. Itu saja," ujar Menlu Lavrov dikutip dari TASS 20 Juni.

"Saya pikir mereka sangat memahami, bahwa mereka tidak akan berhasil," tegas Menlu Lavrov.

Sebelumnya, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan, memompa Pemerintah Kyiv dengan senjata buatan AS, adalah jalan untuk mengarahkan konfrontasi militer antara dua negara adidaya nuklir terbesar, yang penuh dengan "konsekuensi yang tidak dapat diprediksi".

Diplomat Rusia menyebut rencana Amerika Serikat untuk menambah jumlah artileri yang dikirim ke Ukraina sangat memprihatinkan, menilai Washington tidak berniat mencari solusi damai.

"Fakta bahwa seorang pejabat tinggi Pentagon melihat kemungkinan perluasan pasokan sistem jarak jauh menyebabkan keprihatinan yang ekstrim," ujar Antonov.

"Pernyataan ini dapat dilihat sebagai niat Washington untuk bergerak menuju eskalasi lebih lanjut. Itu hanya menegaskan, Amerika tidak berniat melihat solusi damai," lanjutnya.

"Tidak heran pernyataan pejabat itu dibuat menjelang pertemuan lain AS dan sekutunya untuk membahas dukungan militer Ukraina. Rupanya, ini adalah cara pemerintah membuat rekan-rekannya percaya, tidak ada alternatif selain jalur memasok rezim Kiev dengan lebih banyak senjata," tambah Antonov.

Diketahui, pekan lalu Presiden AS Joe Biden kembali mengumumkan bantuan persenjataan untuk Ukraina. Nilainya kali ini mencapai 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14.695.100.000.000 yang mencakup sistem roket anti-kapal, roket artileri, howitzer dan amunisi.