Tegas, Menlu Lavrov: Senjata Barat di Ukraina Provokatif, Target Sah Militer Rusia
Ilustrasi tentara Rusia di Ukraina. (Wikimedia Commons/Mil.ru)

Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memperingatkan negara-negara Barat, bantuan senjata yang mereka kirimkan ke Ukraina merupakan provokatif memperpanjang konflik, menjadi target serangan yang sah.

Ukraina diketahui mengharapkan peningkatan kiriman persenjataan berat, untuk menghadapi peperangan dengan Rusia seiring dengan pemindahan fokus serangan dari Kyiv ke wilayah timur Donbas.

Menlu Lavrov mengatakan, pasokan senjata canggih Barat, termasuk rudal anti-tank Javelin, kendaraan lapis baja dan pesawat tak berawak canggih adalah tindakan provokatif.

Menurutnya, bantuan-bantuan semacam itu diperhitungkan hanya akan memperpanjang konflik, alih-alih mengakhirnya.

"Senjata-senjata ini akan menjadi target yang sah bagi militer Rusia yang bertindak dalam konteks operasi khusus," tegas Menlu Lavrov, melansir Reuters 26 April.

"Fasilitas penyimpanan di Ukraina barat telah menjadi sasaran lebih dari sekali (oleh pasukan Rusia). Bagaimana bisa sebaliknya?" dia menambahkan.

"NATO, pada dasarnya, terlibat dalam perang dengan Rusia melalui proxy dan mempersenjatai proxy itu. Perang berarti perang," tukasnya memberikan penekanan.

Diketahui, Moskow menyebut tindakannya sebagai 'operasi khusus' untuk melucuti senjata Ukraina dan melindunginya dari fasis. Sementara, Ukraina dan Barat mengatakan ini dalih palsu untuk perang agresi tak beralasan oleh Presiden Vladimir Putin. Menlu Lavrov membela tindakan Moskow, menyalahkan Washington atas kurangnya dialog.

"Amerika Serikat praktis telah menghentikan semua kontak hanya karena kami berkewajiban untuk membela Rusia di Ukraina," jelas Menlu Lavrov, mengulangi alasan invasi Moskow ke tetangga selatannya.

Kemarin, Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov juga mengatakan, pihaknya telah memperingatkan Washington agar tidak lebih banyak mengirim senjata ke Ukraina.

"Kami menekankan situasi ini tidak dapat diterima ketika Amerika Serikat menuangkan senjata ke Ukraina, dan kami menuntut diakhirinya praktik ini," tegas Anatoly Antonov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 24.

Lebih jauh Antonov mengatakan, sebuah catatan diplomatik resmi telah dikirim ke Washington, untuk mengungkapkan keprihatinan Rusia terkait hal tersebut.

Diberitakan, Menlu AS Antony Blinken dan Menhan Lloyd Austin bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv pada Minggu malam, menjanjikan bantuan baru senilai 713 juta doar AS untuk Pemerintah Zelensky dan negara-negara lain di kawasan yang takut akan agresi Rusia.

Sebelumnya, Presiden Joe Biden mengumumkan tambahan 800 juta dolar AS dalam bentuk bantuan militer untuk Ukraina, memperluas cakupan sistem yang disediakan untuk memasukkan artileri berat.

Invasi Rusia ke Ukraina telah memasuki bulan ketiga, serangan terbesar di negara Eropa sejak 1945 yang menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, kota-kota menjadi puing-puing dan memaksa lebih dari 5 juta orang melarikan diri ke luar negeri.