Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pembatalan serangan terhadap pabrik baja di Mariupol, benteng pertahanan terakhir di mana tentara dan warga Ukraina bersembunyi.

Secara efektif mendeklarasikan kemenangan di kota itu setelah hampir dua bulan pengepungan, Presiden Putin mengatakan tidak ada gunanya mencoba membasmi para pejuang yang dibarikade di dalam pabrik yang luas itu.

"Saya menganggap usulan penyerbuan zona industri tidak perlu," katanya kepada Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dalam pertemuan yang disiarkan televisi di Kremlin, melansir Reuters 21 April.

"Aku memerintahkanmu untuk membatalkannya," tegasnya.

"Tidak perlu naik ke katakombe ini dan merangkak di bawah tanah melalui fasilitas industri ini. Blokir kawasan industri ini sehingga seekor lalat pun tidak bisa masuk," tandasnya.

Menhan Shoigu memperkirakan 2.000 pejuang Ukraina masih berada di dalam pabrik. Presdiden Putin meminta mereka untuk menyerah, dengan mengatakan Rusia akan memperlakukan mereka dengan hormat.

Semalam, Mikhailo Podolyak, kepala negosiator Ukraina, mengusulkan agar pembicaraan diadakan di dalam Mariupol sendiri mengenai nasib para pembela terakhirnya.

"Tanpa syarat apa pun. Kami siap mengadakan 'putaran khusus negosiasi' tepat di Mariupol," tweetnya Rabu malam.

"Satu lawan satu. Dua lawan dua. Untuk menyelamatkan orang-orang kita, Azov (batalyon), militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan yang terluka, semuanya. Karena mereka milik kita. Karena mereka ada di hatiku, selamanya."

Kota yang sebelumnya berpenduduk 400.000 orang di Laut Azov, yang dibombardir dan dikepung sejak awal perang, telah menjadi tempat pertempuran terberat dan bencana kemanusiaan terburuk dalam konflik tersebut.

Ukraina mengatakan puluhan ribu warga sipil tewas di sana. Tetapi Rusia sekarang mengatakan bahwa, selain pabrik baja yang besar, kota ini secara efektif berada di bawah kendalinya.

Seorang komandan resimen Azov menolak tuntutan Rusia agar para pembela menyerah. Dalam video, Svyatoslav Palamar menyerukan "pihak ketiga" untuk menjamin keselamatan ratusan warga sipil yang berlindung di bunker pabrik.

"Izinkan saya mengatakan, kami tidak menerima persyaratan yang ditetapkan oleh Federasi Rusia untuk menyerahkan senjata kami dan para pembela kami menyerahkan diri mereka sebagai tahanan," tutur Palamar.

Rusia telah memblokir semua upaya Ukraina untuk mengirim bantuan ke Mariupol atau bus untuk mengevakuasi warga sipil ke wilayah yang dikuasai Ukraina, dan Kyiv menuduhnya mendeportasi paksa puluhan ribu penduduk ke Rusia. Moskow mengatakan Rusia telah mengambil 140.000 warga sipil dalam evakuasi kemanusiaan.

Diketahui, Mariupol adalah penghubung yang dibutuhkan Moskow untuk menyediakan koneksi yang aman antara wilayah yang dikuasai oleh separatis yang didukungnya di wilayah Donbas Ukraina timur dan Krimea, semenanjung yang direbutnya pada tahun 2014. Ini juga merupakan pelabuhan utama Donbas.