Bagikan:

JAKARTA - Bangunan-bangunan di Odesa, Ukraina hancur pada Hari Selasa, sehari setelah pasukan Kremlin menyerang pelabuhan Ukraina selatan dengan rudal dan Presiden Rusia Vladimir Putin memimpin perayaan yang menandai kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia Kedua.

Sementara Presiden Putin diam tentang rencana untuk setiap eskalasi di Ukraina, tidak ada kata menyerah dalam pertempuran dengan dorongan baru oleh pasukan Rusia pada Hari Senin, untuk mengalahkan pasukan Ukraina terakhir yang bertahan di pabrik baja di Mariupol yang hancur.

"Anda berjuang untuk Tanah Air, untuk masa depannya, sehingga tidak ada yang melupakan pelajaran dari Perang Dunia Kedua. Sehingga tidak ada tempat di dunia untuk algojo, pengejar dan Nazi," ujar Presiden Putin melansir Reuters 10 Mei.

Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dalam pidatonya sendiri pada hari Senin, berjanji Ukraina akan menang.

"Pada Hari Kemenangan atas Nazisme, kami berjuang untuk kemenangan baru. Jalan menuju itu sulit, tetapi kami tidak ragu bahwa kami akan menang," tukas Zelensky.

Di Odesa, pelabuhan utama Laut Hitam untuk mengekspor produk pertanian, satu orang tewas dan lima orang terluka ketika tujuh rudal menghantam pusat perbelanjaan dan depot, sebut Angkatan Bersenjata Ukraina di Facebook.

Rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan, petugas pemadam kebakaran dan penyelamat menyisir tumpukan puing yang menyiram puing-puing yang masih berasap.

Terpisah di kota Bogodukhov, barat laut Kharkiv, empat orang tewas dan beberapa rumah hancur dalam serangan Rusia, media lokal mengutip pejabat Kharkiv. Sementara di beberapa wilayah timur Ukraina, Luhansk, Kharkiv dan Dnipro, sirene serangan udara terdengar pada Selasa pagi.

Kementerian Pertahanan Ukraina mengatakan pasukan Rusia yang didukung oleh tank dan artileri sedang melakukan "operasi penyerbuan" di pabrik Azovstal Mariupol, di mana ratusan tentara Ukraina bertahan selama berbulan-bulan pengepungan.

Mariupol terletak di antara Semenanjung Krimea, yang direbut oleh Moskow pada 2014, dan sebagian Ukraina timur di bawah kendali separatis yang didukung Rusia. Menduduki kota ini akan memungkinkan Moskow untuk menghubungkan dua wilayah.

Diketahui, Lebih dari 5,5 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara mereka sejak invasi Rusia pada 24 Februari, menurut PBB, yang menyebutnya sebagai krisis pengungsi dengan pertumbuhan tercepat di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.