JAKARTA - Gambar satelit menunjukkan kerusakan parah dengan sejumlah pesawat hancur di Pangkalan Udara Saky milik Rusia di Krimea, setelah ledakan yang terjadi pada Hari Selasa dan menewaskan satu orang.
Landasan pacu pangkalan udara tampak utuh, namun sedikitnya delapan pesawat rusak atau hancur, sementara kawah ledakan terlihat di beberapa lokasi terpisah. Mayoritas pesawat yang rusak atau hancur berada di daerah spesifik, tempat sejumlah pesawat terparkir di area terbuka.
Gambar sebelum dan sesudah ledakan terjadi yang berasal dari Planet Labs yang berbasis di Amerika Serikat, menjadi konfirmasi independen pertama mengenai kerusakan yang terjadi. Kendati, belum ada rincian sejauh mana dampak ledakan, serta penyebebab kerusakan yang terjadi, melansir BBC 11 Agustus.
Kementerian Pertahanan Rusia bersikukuh bahwa "kebakaran beberapa gudang amunisi" telah menyebabkan ledakan, dan awalnya mengatakan tidak ada yang terluka. Dikatakan tidak ada serangan dan tidak ada peralatan penerbangan yang rusak, seperti mengutip Reuters.
Sementara, Ukraina mengatakan tidak bertanggung jawab, dengan menteri pertahanannya menyatakan, tentara Rusia yang ceroboh bisa disalahkan.
"Saya pikir orang-orang militer Rusia di pangkalan udara itu melanggar aturan yang sangat sederhana, jangan merokok di tempat-tempat berbahaya," ujar Oleksii Reznikov.
Angkatan udara Ukraina mengatakan sekitar selusin pesawat tempur Rusia hancur, meskipun Rusia membantah ada pesawat yang rusak.
Terpisah, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace menilai, fakta ada dua ledakan terpisah, menunjukkan adanya serangan dibanding kecelakaan. Lebih jauh, dia juga membela hak Ukraina untuk menyerang Krimea.
"Sangat sah bagi Ukraina untuk memakai kekuatan mematikan jika perlu, untuk mendapatkan kembali tidak hanya wilayahnya, tetapi juga untuk mendorong kembali penyerbunya," ujar Menteri Wallace kepada BBC.
BACA JUGA:
Diketahui, setiap serangan ke Krimea oleh Ukraina akan dianggap sangat serius oleh Moskow. Rusia membunyikan peringatan bulan lalu, ketika mantan Presiden Dmitry Medvedev mengancam "Hari Penghakiman akan segera menunggu" jika Ukraina menargetkan Krimea.
Krimea secara internasional diakui sebagai bagian dari Ukraina. Tetapi, kawasan tersebut dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014. Banyak orang Ukraina melihat ini sebagai awal perang mereka dengan Rusia.
Pencaplokan dilakukan pada Maret 2014, setelah hasil referendum yang dianggap ilegal oleh komunitas global, memilih untuk bergabung dengan Rusia. Itu terjadi setelah Presiden Ukraina yang didukung Rusia digulingkan, setelah protes pro Eropa selama berbulan-bulan.