Dirut PAM Jaya Prediksi 90 Persen Wilayah Jakarta Tenggelam di 2050 Akibat Penggunaan Air Tanah
Ilustrasi-Permukiman warga di Jakarta (DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Direktur Utama Perumda PAM Jaya Arief Nasrudin menyebut bahwa 90 persen wilayah di Jakarta, terutama pada kawasan utara diprediksi akan tenggelam pada 2050 lantaran permukaan tanah semakin menurun.

Prediksi ini, kata Arief, bisa terjadi jika masyarakat Jakarta terus-terusan mengeksploitasi penggunaan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

"Dalam waktu yang tidak lama lagi, ketika memang ini terus berlangsung, di tahun 2050 diprediksikan 90 persen dari wilayah Jakarta terutama di bagian utara, itu akan bisa tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang tidak segera diselesaikan," kata Arief dalam diskusi virtual, Senin, 8 Agustus.

Untuk mencegah tenggelamnya Jakarta benar-benar terjadi, Arief mengungkapkan pihaknya berupaya untuk menyediakan pelayanan air PAM yang mengalir pada seluruh wilayah Jakarta.

Saat ini, cakupan pelayanan PAM Jaya masih terdistribusi ke 66 persen wilayah Jakarta. Pemenuhan cakupan layanan sekitar 34 persen sisanya ini akan dikebut sampai tahun 2030.

"Yang menjadi isu kami, PAM Jaya, dari sisi penyediaan air minum saat ini belum cakupannya memenuhi dari keinginan masyarakat DKI Jakarta, harapannya kita bisa melakukan supply cakupan mencapai 100 persen nantinya," ujar Arief.

Lebih lanjut, Arief menuturkan PAM Jaya akan menambah air baku sekitar 11 ribu liter per detik dari yang sudah ada, yang nantinya akan didistribusikan ke masyarakat Jakarta untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Dalam beberapa waktu mendatang, DKI akan mendapat tambahan pasokan air baku dari pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM) Jatiluhur hingga SPAM Karian Serpong.

"Dari hal ini, SPAM bertujuan untuk mempercepat kebutuhan dasar masyarakat di Provinsi DKI Jakarta yang targetnya pelayanan 100 persen di tahun 2030," ujar Arief.

"Ini menjadi salah satu concern dari PAM dan Pemprov DKI karena efek ekologi proses ini cukup banyak. Seperti perubahan kondisi lingkungan dan kesehatan warga karena kontaminasi air tanah. Ini pun menjadi efek dari proses pengambilan air tanah itu sendiri," imbuhnya.