Wali Kota Sebut Ukraina Serang Penjaga Perbatasan Rusia, Kremlin Anggap Serius
Ilustrasi penjagaan tentara Rusia. (Wikimedia Commons/Mil.ru/неизвестен)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pejabat regional Rusia mengatakan, penjaga perbatasan di wilayah Kursk yang berbatasan dengan Ukraina telah diserang pada Hari Rabu, sementara sekolah-sekolah di dekat Belgorod dievakuasi setelah ancaman bom, menurut wali kota kota itu.

Moskow, yang mengirim ribuan tentara ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya 'operasi militer khusus', menuduh Ukraina menyerang sasaran Rusia di seberang perbatasan.

"Kemarin, mereka mencoba menembakkan mortir ke posisi penjaga perbatasan kami di Distrik Sudzhansky," kata Roman Starovoit, gubernur wilayah Kursk, melansir Reuters 7 April.

"Penjaga perbatasan Rusia membalas tembakan. Tidak ada korban atau kerusakan di pihak kami," sambungnya. Reuters tidak dapat segera memverifikasi laporan tersebut.

Starovoit mengatakan para pejabat berhubungan dengan Kementerian Pertahanan, mendesak warga untuk tetap tenang. Dalam komentar terpisah kepada kantor berita RIA, dia mengatakan mortir yang ditembakkan ke perbatasan Sudzha belum mencapai wilayah Rusia.

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan dia belum memiliki rincian insiden di dua wilayah Rusia, tetapi menanggapi laporan itu sebagai serius.

Terpisah, menanggapi pertanyaan tentang insiden perbatasan, juru bicara staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan: "Kami tidak memiliki informasi seperti itu."

Sementara itu, Wali Kota Belgorod di Rusia, sekitar 35 km (22 mil) dari perbatasan dengan Ukraina, mengatakan sekolah telah dievakuasi setelah menerima ancaman bom.

"Kami memahami bahwa ini adalah bagian dari tekanan informasi (kampanye) terhadap wilayah kami," kata walikota Anton Ivanov, tanpa mengatakan siapa yang dia pikir bertanggung jawab atas ancaman tersebut.

Diketahui, Rusia pekan lalu menuduh helikopter militer Ukraina melakukan serangan udara terhadap depot bahan bakar di Belgorod, salah satu pusat logistik utama Rusia untuk kampanye militernya di Ukraina. Seorang pejabat senior Ukraina membantah bertanggung jawab.

Kremlin mengatakan pada saat itu, insiden itu tidak menciptakan kondisi yang nyaman untuk melanjutkan pembicaraan damai dengan Kyiv.