Penjaga Perbatasan Ukraina Diduga Mengecap Paspor Warga Rusia dengan Kata-kata Tidak Pantas, Pemiliknya Anti-Perang
Ilustrasi perbatasan Ukraina dengan Rumania. (Wikimedia Commons/Stefan Richter)

Bagikan:

JAKARTA - Penjaga perbatasan Ukraina diduga mengecap paspor seorang pria Rusia dengan kata-kata "Russian warship, go f*** yourself".

Igor Zabotin mengatakan dia ditolak di perbatasan Rumania-Ukraina pada 15 Agustus, saat stempel dengan kata-kata itu menandai paspornya.

Kata-kata itu terkenal diucapkan oleh penjaga perbatasan Ukraina di Pulau Ular, pada awal invasi Rusia pada Bulan Februari.

Orang-orang itu menarik perhatian internasional dengan bersumpah dan dengan tegas, menolak tuntutan kapal perang Rusia untuk menyerah.

Zabotin membagikan gambar paspor Rusianya di Facebook, dan stempel tak bertanggal dengan kata-kata Cyrillic di halaman di sebelah detail identitasnya.

Dia mengatakan stempel itu ditambahkan ke dokumennya oleh pasukan perbatasan Ukraina, ketika dia mencoba menyeberangi pos pemeriksaan Porubne/Siret di wilayah Chernivtsi, Ukraina selatan.

"Saya meninggalkan perbatasan Ukraina setelah semua prosedur dan sebelum bea cukai Rumania, saya menyiapkan surat-surat saya dan membuka paspor saya," katanya kepada Euronews, seperti dikutip 30 Agustus.

"Tidak ada yang memberi tahu saya apa pun di perbatasan Ukraina. Militer atau bea cukai, saya tidak tahu siapa yang melakukannya," sambungnya.

Dalam sebuah pernyataan kepada Euronews, Layanan Perbatasan Negara Ukraina menyatakan mereka hanya menggunakan stempel resmi untuk menandai paspor.

"Sampel dan prosedur untuk menandai penyeberangan perbatasan negara Ukraina, disetujui oleh perintah 2019 oleh Kementerian Dalam Negeri Ukraina," sebut pihak layanan.

"Penandaan oleh pejabat yang berwenang ini tidak diatur oleh undang-undang Ukraina," tambah mereka.

paspor zabotin
Paspor milik Igor Zabotin. (Sumber: Facebook Igor Zabotin)

Pihak berwenang tidak mengonfirmasi, apakah mereka telah meluncurkan penyelidikan atas masalah tersebut.

Dalam unggahan lain di Facebook, Zabotin mengatakan dia awalnya ditolak masuk ke Rumania karena masalah visa.

"Saya melewati (pos perbatasan) pertama dalam keadaan hidup dan sehat. Yang kedua, (saya) tidak diizinkan masuk, terlepas dari semua pernyataan resmi bahwa mereka akan membiarkan warga negara negara ketiga dengan izin tinggal Ukraina dan yang berada di sana selama perang," terangnya.

Lebih jauh dikatakannya, dia dibuat untuk 'menghabiskan malam' di antara perbatasan kedua negara.

"Petugas bea cukai Ukraina mengambil paspor saya dan menyuruh saya bermalam di dekat toko bebas bea di pos pemeriksaan mereka," tambahnya di Facebook.

"Seorang penjaga perbatasan Ukraina datang dan mengirim saya ke jalur netral."

Zabotin mengatakan kepada Euronews, dia telah menyeberang ke Rumania melalui pos perbatasan lain dengan 'aman' dan sedang mengajukan "perlindungan sementara".

Terpisah, Polisi Perbatasan Rumania mengatakan kepada Euronews, cap itu tidak diterapkan pada paspor Zabotin oleh penjaga mereka.

"Dalam hal warga negara asing yang tidak memenuhi persyaratan hukum untuk masuk ke negara tersebut. Orang yang bersangkutan tidak akan diizinkan masuk ke negara tersebut, akan diberikan formulir yang menyatakan alasan tindakan itu dan cara mengajukan banding," menurut sebuah pernyataan.

Mereka juga mengonfirmasi di Twitter, mereka tidak menerapkan cap Cyrillic, menghilangkan informasi yang salah secara online.

Diketahui, Zabotin sekarang bekerja di perusahaan pemasaran internet, setelah sebelumnya bekerja di salah satu media independen Rusia.

Dia menyatakan dirinya pindah ke Ukraina dari Barnaul, Rusia, pada tahun 2015 dan telah tinggal di sana secara legal selama tujuh tahun.

Setelah invasi Rusia, dia mencoba meninggalkan negara itu tetapi mengatakan terjebak di antara Rumania dan Ukraina. Dia juga berbagi unggahan anti-perang di media sosial, bertentangan dengan klaim Rusia tentang Ukraina.

"Fakta bahwa saya berkendara melalui Ukraina tengah dan barat dengan plat nomor Rusia adalah bukti langsung, tidak ada Nazisme di sini dan tidak ada alasan untuk memulai perang ini," tulisnya di Facebook.

"Tidak ada Nazisme di Ukraina, tidak pernah ada dan tidak akan pernah ada, tidak peduli seberapa keras propagandis Kremlin mencoba," tambahnya.

"Saya tidak menyalahkan layanan penjaga perbatasan Ukraina. Mungkin mereka ingin mengirim pesan ke pejabat Rusia," pungkasnya.