Bagikan:

JAKARTA - Negara-negara Uni Eropa pasang kuda-kuda untuk menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas operasi skala penuh yang dilancarkan Presiden Vladimir Putin. Bahkan Inggris menjanjikan 'gebukan' terberat bagi Rusia melalui sektor ekonomi.

Dikutip dari The Guardian, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, telah mengumumkan persetujuan sanksi besar-besaran dan terarah kepada Rusia .

Pertama, paket ini mencakup sanksi keuangan, menargetkan 70 persen dari pasar perbankan Rusia dan perusahaan milik negara utama, termasuk di bidang pertahanan.

UE juga akan menargetkan sektor energi, area ekonomi utama yang secara khusus menguntungkan negara Rusia. Larangan ekspor diyakini bisa memukul sektor minyak dengan membuat Rusia tidak mungkin meningkatkan kilangnya.

Kamis, 24 Februari waktu Rusia, Putin menggelar pertemuan dengan perwakilan komunitas bisnis Rusia.

"Sayangnya, pertemuan kami berlangsung dalam kondisi yang tidak biasa, secara halus, tetapi kami merencanakannya sebelumnya," ucap Putin dalam laman resmi kepresidenan Rusia.

Presiden Persatuan Industrialis dan Pengusaha Rusia (RSPP) Alexander Shokhin bilang, situasi yang sedang dihadapi memang sulit. Namun Shokhin bilang ke Putin kalau Rusia sudah belajar banyak untuk bertahan dalam situasi krisis.

Situasi pertemuan Putin dengan Komunitas Bisnis Rusia (Foto via Kremlin)

"Sejak tahun 2014, bisnis kami telah belajar untuk beradaptasi dengan fenomena krisis dan bahkan untuk menyelesaikan tujuan pembangunan," kata Shokhin.

"Kami bekerja sama untuk merancang langkah-langkah anti-krisis dan langkah-langkah sistemik untuk meningkatkan iklim bisnis dan investasi," sambung dia.

Para pebisnis Rusia sadar kalau sanksi resmi dijatuhkan, diyakin akan lebih keras dari pembatasan-pembatasan terdahulu. Sanksi itu akan banyak mempengaruhi sektor keuangan, sektor ekstraktif, pengiriman peralatan teknologi.

"Jelas, untuk meredam efek dari semua pembatasan ini, bisnis Rusia, perusahaan Rusia harus bekerja lebih keras dan lebih efektif untuk memastikan kelangsungan operasi perusahaan mereka tanpa PHK, pembelian panik atau kenaikan harga," tandasnya.

Efek ke Indonesia

Indonesia diketahui memiliki hubungan diplomatik yang cukup baik dengan Rusia dan Ukraina. Kini, kedua negara itu sedang terlibat konflik militer secara terbuka.

Sebagai negara sahabat, RI dipandang perlu untuk memastikan sepasang negara seperibuan itu untuk tetap berdamai, setidaknya guna mengamankan kepentingan ekonomi Indonesia.

Mengutip data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diketahui bahwa Rusia adalah salah satu mitra perdagangan penting. Hal itu tercermin dari surplus neraca perdagangan yang sebesar 240 juta dolar AS pada sepanjang 2021.

Angka tersebut diperoleh dari nilai ekspor yang sebesar 1,49 miliar dolar AS berbanding impor sebesar 1,25 miliar dolar AS.

Adapun, komoditas andalan RI untuk Ekspor ke Rusia antara lain lemak dan minyak hewan, bahan pangan, barang sandang, dan rempah-rempah. Sementara impor terdiri dari bahan bakar mineral dan komponen pesawat terbang.