Konflik Ukraina: Kekhawatiran Calon Presiden Mitt Romney 10 Tahun Lalu Soal Rusia di Bawah Vladimir Putin Terbukti
Ilustrasi tank Rusia. Presiden Vladimir Putin pada Kamis pagi 24 Februari 2022 memerintahkan serangan Rusia ke Ukraina. (Foto: Kementerian Pertahanan Rusia)

Bagikan:

JAKARTA - Dalam kampanye Pemilu Amerika Serikat tahun 2012 calon presiden dari Partai Republik, Mitt Romney begitu lantang menyuarakan soal ancaman Rusia. Bagi Romney yang saat ini Senator dari Negara Bagian Utah, Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin adalah musuh geopolitik nomor satu bagi Amerika Serikat.

“Rusia tanpa diragukan lagi adalah musuh geopolitik nomor satu kami,” kata Romney dalam wawancara dengan Wolf Blitzer dari CNN pada Maret 2012.

“Mereka selalu punya alasan untuk menjadi pelaku setiap peristiwa buruk di dunia,” ujar Romney lagi.

Senator Mitt Romney, 10 tahun lalu sudah mengatakan bahwa Rusia di bawah Vladimir Putin adalah musuh geopolitik nomor satu Amerika Serikat. (Foto: USNEWS.COM/BILL CLARK/CQ ROLL CALL)

Tetapi saat itu kampanye Romney justru menjadi bahan ejekan bagi pesaingnya sesama Capres Amerika Serikat, Barack Obama.

“Ketika Anda ditanya, apa ancaman geopolitik terbesar Amerika? Anda menjawab Rusia, bukan Al Qaeda. Anda bilang Rusia. Itu kebijakan politik tahun 1980-an, dan sekarang akan dijadikan kebijkan Amerika kembali. Perang dingin sudah berakhir 20 tahun lalu,” kata Obama menyanggah kampanye Romney, dalam debat Capres Amerika Serikat ketiga pada Oktober 2012.

Disebut Capres Putus Asa

Obama dan timnya mengejek Romney. Mengatakan bahwa calon presiden itu putus asa untuk mencari jalan yang lain, ketika sebuah ancaman dihadapi Amerika Serikat.

Saat itu serangan Obama sukses. Dia berhasil menarik simpati, menempatkan diri sebagai kandidat Presiden Amerika Serikat yang paling memahami ancaman bagi negerinya, yang dia sebut Al Qaeda. Romney yang pada 2012 berusia 65 tahun dianggap generasi tua, kurang kekinian dan tidak bisa lepas dari kungkungan pemikiran masa Perang Dingin.

Dan sekarang  ternyata semua omongan Romney terbukti, setelah Presiden Vladimir Putin mengizinkan penyerangan pasukan Rusia ke Ukraina. Kendaraan perang Rusia dikabarkan sudah memasuki Ukraina melalui Semenanjung Krimea.

Dalam video yang dirilis Pasukan Ukraina di perbatasan, disebutkan bahwa pasukan Rusia mulai masuk Ukraina pada 24 Februari 2022 pukul 06.48 waktu setempat. Pihak Ukraina mengatakan bahwa mereka diserang Rusia dan kompatriotnya, Belarusia dengan artileri maupun senjata ringan.

Menanggapi serangan itu Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengatakan bahwa pihak Barat tidak akan tinggal diam melihat Presiden Putin menggelorakan kampanye untuk menyerang Ukraina.

Seandainya Ronald Reagan Masih Presiden

Tyler Cowen, seorang profesor dari Universitas George Mason di Virginia, menuliskan opininya di Bloomberg dengan mengandaikan bahwa Amerika Serikat saat ini masih dipimpin oleh mendiang mantan Presiden Ronald Reagan.

“Krisis Ukraina membuatku kangen pada mendiang Ronald Reagan. Lebih penting lagi itu membuat saya lebih menghargai pandangan dia soal moral dan realitas. Reagan benar-benar paham bahwa beberapa pemimpin dunia memang jahat. Mereka berusaha membatasi kebebasan warga negara, dan pemerintahan macam ini adalah ancaman bagi keamanan global,” tulis Cowen, dalam kolomnya di Bloomberg.

Ronald Reagan (kanan) dan Mikhail Gorbachev menandatangani traktat INF pada 8 Desember 1987 yang membatasi penggunaan rudal nuklir jarak menengah. (Foto: Wikipedia)

Reagan yang memimpin Amerika Serikat di masa Perang Dingin benar-benar melihat Uni Soviet dan komunis sebagai musuh nomor satu. Rusia saat ini memang berbeda dengan Soviet, karena ideologi mereka bukan lagi komunis. Tetapi kebijakan politik luar negeri mereka ternyata tidak berbeda. Putin terbukti pernah menggerakkan pasukan ke Georgia, Suriah, dan kini Ukraina.

Apa yang terlihat seperti kekuperan Romney pada masa kampanye Pilpres Amerika Serikat 2012, dan digunakan Obama untuk mengolok-olok dia ternyata saat ini terbukti. Serangan Rusia ke Ukraina atas perintah Presiden Vladimir Putin pada Kamis pagi 24 Februari 2022 adalah fakta, bahwa pemikiran yang dianggap usang pada suatu masa bisa berbalik 180 derajat di kurun waktu sesudahnya.