Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, hari-hari ini sedang didera masalah berat soal ketegangan negaranya dengan tetangga yang jauh lebih besar dan kuat, Rusia. Perebutan Semenanjung Krimea yang memanas sejak 2013 merupakan akar permasalahan yang melatarbelakangi konflik Rusia-Ukraina, dan perseteruan itu menyeret Amerika Serikat beserta sekutu North Atlantic Treaty Organization (NATO).

Pada Jumat 28 Januari 2022 Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyatakan bahwa Pentagon akan mengirimkan sejumlah kecil pasukan di Eropa Timur dalam waktu dekat, untuk menegaskan kehadiran NATO di wilayah tersebut. Biden memang tidak menjelaskan secara rinci di mana pasukan yang disebutkan berjumlah 8500 personel itu bakal ditempatkan.

Kuat dugaan pengerahan pasukan Amerika Serikat yang disebutkan Biden akan ditempatkan di Ukraina.

Di saat Presiden Rusia, Vladimir Putin menunjukkan kemarahan dengan menuduh tindakan Amerika Serikat dan sekutunya yang tergabung dalam NATO itu sengaja memancing perang, Zelensky justru bersikap tenang. Dia mengajak rakyat Ukraina untuk tetap tidur nyenyak, tanpa dihantui ketakutan soal perang.

"Sudah jelas sekarang, kekhawatiran mendasar Rusia diabaikan," kata Presiden Putin pada konferensi pers dengan Perdana Menteri Hungaria, Victor Orban yang berkunjung ke Rusia pada 2 Februari, seperti dikutip Reuters.

Putin sangat khawatir jika Ukraina bergabung dengan NATO, maka negara berpenduduk 41,3 juta jiwa itu akan mendapatkan kekuatan baru untuk melawan bekas penguasa mereka di masa Uni Soviet itu. Bahkan di mata Putin bukan hal mustahil jika Ukraina dibantu NATO akan lebih dahulu melancarkan serangan.

Presiden Rusia, Vladimir Putin memandang bahwa Amerika Serikat sengaja memancing perang dengan menempatkan pasukan di Ukraina. (Foto: en.kremlin.ru)

“Mari kita bayangkan bahwa Ukraina adalah anggota NATO dan akan memulai operasi militer. Lantas, apakah kita harus berperang dengan blok NATO? Apakah ada yang memikirkan hal ini? Ternyata tidak,” ujar Putin lagi.

Putin mengerahkan 100 ribu pasukan Rusia untuk bersiaga di perbatasan dengan Ukraina. Namun menghadapi moncong senjata yang diarahkan ke wilayah negaranya, Zelensky justru bergeming. Dia tidak melihat pengerahan pasukan Rusia secara besar-besaran adalah ancaman bagi Ukraina.

“Banyak tokoh-tokoh di Ukraina yang bilang bahwa besok bakal ada perang. Ini adalah kepanikan, dan tidak ada manfaatnya bahkan merugikan Ukraina. Bagi saya, yang paling menjadi ancaman bagi Ukraina adalah ketidakstabilan situasi di dalam negeri,” kata Zelensky.

Mengecam Para Diplomat

Zelensky juga menuduh bahwa media hanyalah membesar-besarkan masalah, sehingga menyebabkan kepanikan dalam masyarakat Ukraina.

“Saya memang melihat ada 100 ribu tentara Rusia di sana. Tetapi buat saya mereka hanya berniat menyiksa untuk mendapatkan kesenangan, seperti pelaku sadomasokis. Mereka senang melihat Ukraina berkeringat dan ketakutan, sehingga menganggap kami sedang bersiap untuk perang,” kata Zelensky seperti dikutip BBC pada 30 Januari 2022.

Zelensky mengatakan bahwa Ukraina sudah terbiasa hidup dalam ancaman Rusia selama bertahun-tahun, bahkan sejak sebelum krisis Semenanjung Krimea. Dunia memandang bahwa krisis kali ini temasuk yang paling serius, bahkan disebut-sebut berpotensi memicu Perang Dunia III, namun Zelensky jelas berusaha mengecilkan masalah yang ada di depannya.

Tentara Rusia di Krimea, Ukraina. (Foto: telegraph.co.uk)

Bahkan Sang Presiden mengecam para diplomat asing di Ukraina yang berbondong-bondong meninggalkan negeri itu.

“Diplomat itu seperti kapten, nakhoda. Dia seharusnya menjadi orang terakhir yang meninggalkan kapal yang hendak tenggelam. Tetapi Ukraina bukan Titanic, dan kami tidak akan tenggelam,” ujar Zelensky lagi.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin memang mengatakan bahwa situasi di sekitar Laut Hitam sedang dalam taraf kritis. Meskipun begitu, kemungkinan untuk melakukan diplomasi masih sangat terbuka.

Latar Belakang Zelensky

Sikap Zelensky yang terkesan cuek dan menyepelekan krisis Ukraina-Rusia diakui mengundang keraguan pihak Barat. The Washington Post menuliskan laporan bahwa sikap Presiden Ukraina itulah yang membuat Amerika Serikat tidak tergopoh-gopoh mengirimkan pasukan dalam jumlah besar ke wilayah yang disebut Biden sebagai Eropa Timur.

Apa yang dilakukan Zelensky itu mengingatkan pada film komedi di televisi Ukraina yang pernah dia bintangi saat masih berprofesi sebagai aktor dan pelawak, Pelayan Rakyat. Film itu berkisah tentang tokoh fiktif Vasyl Holoborodko, seorang guru sejarah di sekolah menengah yang secara tak terduga terpillih menjadi Presiden Ukraina.

Dalam kehidupan nyata, Zelensky benar-benar mewujudkannya ketika dia secara mengejutkan terpilih sebagai Presiden Ukraina pada Pemilu 2019. Sebagai anak bawang dalam dunia politik di Ukraina, Zelensky mengalahkan petahana Petro Poroshenko dalam pemilu yang berlangsung dua putaran.

Lahir di Kryvyy Rih, Ukraina bagian selatan pada 25 Januari 1978, Zelensky yang mengantongi gelar Sarjana Hukum itu justru berkarier dalam dunia hiburan. Dia membentuk grup lawak Kvartal 95 pada tahun 1997. Karier lawaknya mulai meroket sejak dia dan grupnya masuk final Klub Vesyólykh i Nakhódchivykh (KVN) atau Klub Orang-orang Lucu dan Inventif, kalau di Indonesia sejenis lomba lawak di televisi.

Volodymyr Zelensky dan Joe Biden saat bertemu di Gedung Putih, Washington pada 1 September 2021. (Foto: Wikipedia)

KVN sangat populer di negara-negara bekas Uni Soviet. Setelah menjadi finalis, Zelensky bersama grup lawaknya tampil secara regular di KVN sampai 2003. Kariernya hiburannya terus melaju setelah Zelensky mendirikan rumah produksi Studio Kvartal 95, yang sukses besar dalam dunia hiburan di Ukraina.

Puncak popularitas Zelensky adalah saat dia membintangi film komedi Pelayan Rakyat sebagai Holoborodko. Setelah terjun ke dunia politik, Zelensky membentuk Partai Pelayan Rakyat yang akhirnya mengantarkan dia ke kursi Presiden Ukraina.

Dalam acara debat terakhir pemilu pada 19 April 2019, Poroshenko melecehkan Zelensky dengan menyebutkan bahwa sang pelawak itu tidak punya kapasitas untuk melawan penguasa Rusia, Vladimir Putin. Toh Zelensky tetap mengalahkan petahana yang miliarder Ukraina itu dalam pemilu yang sebenarnya pada 21 April 2019. Bahkan Zelensky menang sangat telak dengan raihan 73 persen suara.

Hanya dalam hitungan hari sejak dilantik menjadi Presiden Ukraina, tantangan berat sudah menghadang Zelensky. Putin memberikan iming-iming paspor secara gratis kepada warga Ukraina yang ingin berpindah menjadi warga Rusia, terutama di wilayah timur Ukraina yang dikuasai kaum separatis.

Menanggapi provokasi Vladimir Putin tersebut, Volodymyr Zelensky mengeluarkan pernyataan yang meledek: “Silakan saja jika ingin pindah ke negara dengan rezim otoriter dan korup.” Dan, Zelenksy mengunggah ledekan tersebut di laman Facebook miliknya.