Desak Miliarder Rusia Utamakan Patriotisme Dibanding Keuntungan, Presiden Putin Minta Pengusaha Bertindak
Presiden Rusia Vladimir Putin. (Sumber: Maxim Blinov/RIA Novosti via Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mendesak para miliarder Rusia pada Hari Kamis untuk mengutamakan patriotisme di atas keuntungan, meminta mereka untuk berinvestasi di dalam negeri guna menopang ekonomi dalam menghadapi sanksi Barat.

Berbicara kepada para elite bisnis Rusia secara langsung untuk pertama kalinya sejak ia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu, Presiden Putin mengatakan kepada mereka, peran pengusaha bukan hanya untuk menghasilkan uang tetapi juga untuk mendukung masyarakat.

"Pengusaha yang bertanggung jawab adalah warga negara Rusia yang sesungguhnya, warga negaranya, warga negara yang memahami dan bertindak untuk kepentingannya," kata Presiden Putin, dilansir dari Reuters 17 Maret.

"Dia tidak menyembunyikan aset di luar negeri, tetapi mendaftarkan perusahaan di sini, di negara kita dan tidak bergantung pada otoritas asing," sambung Presiden Putin.

Dalam kesempatan itu, ia memuji "misi tinggi" para pengusaha yang menjaga para pekerjanya dan mengarahkan bakat mereka, bukan hanya untuk mengeruk keuntungan tetapi juga untuk kepentingan umum.

Ini diucapkan Presiden Putin di hadapan sejumlah miliarder kenamaan Rusia, seperti Oleg Deripaska, Vladimir Potanin, Alexei Mordashov, German Khan, Viktor Vekselberg, Viktor Rashnikov, Andrei Melnichenko dan Dmitry Mazepin.

Presiden Putin mengatakan, ia ingin mendengar pandangan para pengusaha tentang bagaimana membangun ekonomi yang lebih dinamis, mengarah pada "peningkatan nyata dalam kualitas hidup masyarakat di seluruh negeri".

Meskipun disambut dengan tepuk tangan meriah, ia menyampaikan pesan yang sulit bagi para orang terkaya di Rusia: mereka harus lebih memikirkan kebutuhan negara dan tidak terlalu memikirkan keuntungan pribadi.

Ketika ia bertemu dengan mereka di awal perang, Presiden Putin mengatakan ia tidak punya pilihan selain meluncurkan "operasi militer khusus", yang pada dasarnya memaksa mereka untuk menunjukkan persetujuan di depan umum.

Banyak taipan, yang dikenal sebagai oligarki, kemudian dijatuhi sanksi oleh Barat, sesuatu yang digunakan Presiden Putin sebagai argumen bahwa berinvestasi di dalam negeri lebih aman.

Bulan lalu, ia mengatakan kepada para pemimpin bisnis, bahwa orang-orang Rusia biasa tidak bersimpati atas penyitaan kapal pesiar dan istana para pengusaha.

Lebih lanjut Presiden Putin mengatakan, upaya untuk menghancurkan ekonomi Rusia dengan sanksi telah gagal. Namun, ia juga menyuarakan urgensi, dengan mengatakan bahwa Rusia tidak bisa berdiam diri.

"Saya sangat memahami ancaman yang sedang terjadi dan apa yang dikatakan oleh para simpatisan, yang mengatakan Rusia akan mengalami masalah dalam jangka menengah. Ya, ini adalah ancaman yang harus kita ingat," katanya.

"Saya mendorong Anda untuk tidak menunggu konsekuensi negatif dari jangka menengah ini datang ... Anda harus bertindak sekarang juga," seru Presiden Putin.

Diketahui, Rusia berharap ekonominya mengalami pertumbuhan tahun ini, setelah turun 2,1 persen tahun lalu. Menteri Ekonomi Maxim Reshetnikov mengatakan kepada kongres, PDB dan investasi akan tumbuh tahun ini, tetapi tidak memberikan perkiraan.

Ekonomi Rusia terbukti secara tak terduga tangguh dalam menghadapi sanksi tahun lalu. Tetapi, kembali ke tingkat kemakmuran sebelum konflik mungkin masih jauh, karena lebih banyak pengeluaran pemerintah yang diarahkan ke militer.

Presiden Putin sendiri secara efektif menempatkan sebagian besar ekonomi pada pijakan perang, dengan pabrik-pabrik pertahanan yang bekerja sepanjang waktu untuk menghasilkan senjata, amunisi, dan peralatan.