JAKARTA - Politikus senior Partai Demokrat Max Sopacua meninggal dunia pagi ini, Rabu, 17 November. Max meninggal dunia usai dirawat 17 hari di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat karena sakit.
Kondisi Max mulai tidak stabil dan kian menurun usai menjalani operasi jantung. Demikian disampaikan kolega partainya Darmizal.
Max yang lahir di Ambon pada 2 Maret 1946 itu memiliki seorang istri dan tiga orang anak. Max tumbuh remaja di Ambon.
Di mana Max menempuh pendidikan dari SD hingga SMA di Ambon. Max kemudian hijrah ke Jakarta untuk meneruskan jenjang pendidikannya. Max kuliah di STIE Gotong Royong Jakarta dari S1 hingga S2.
Di tahun 1980-an hingga 1990-an, Max dikenal sebagai penyiar berita olahraga di TVRI. Max bahkan dipercaya menjadi produser program Olimpiade Seoul 1988, Olimpiade Atlanta 1996, Piala Dunia FIFA 1998, SEA Games 1999, dan Olimpiade Sydney 2000.
Pekerjaannya sebagai seorang penyiar berita olahraga membuatnya aktif di organisasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Max menjadi anggota di dalamnya pada 1990 hingga 2001. Selain itu, dia juga merupakan anggota Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU).
2020, Max memulai karier politik setelah memutuskan keluar dari TVRI. Kala itu, Max bergabung dengan Partai Demokrat dan menempati jabatan sebagai Wasekjen hingga 2005.
BACA JUGA:
Pada Pemilu 2004 dan 2009, Max terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) selama dua periode pada 2004–2009 dan 2009–2014 dari Partai Demokrat.
Max masuk ke DPR mewakili daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat IV (2004–2009) dan Jawa Barat V (2009–2014) serta pernah bertugas di Komisi IX dan I DPR. Namun, pada Pemilu 2014, Max gagal masuk ke Parlemen.
Max pernah menduduki jabatan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat dan Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. Namun, Max memutuskan keluar dari partai berlogo mercy itu.
Setelah tak di Demokrat, Max sempat bergabung di Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas). Namun, kemudian Max keluar dan bergabung dengan Demokrat kubu Moeldoko.
Bersama kubu Moeldoko, Max menggagas Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang. Dalam KLB itu memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Demokrat.
Kemenkumham pun menolak mengesahkan kepengurusan Partai Demokrat kubu Moeldoko.