JAKARTA - Robot seperti mainan dengan mata biru dan bendera Korea Utara di dadanya hilir-mudik di sekitar ruang kelas di sebuah universitas di Pyongyang, dalam demonstrasi alat baru-baru ini yang bertujuan membantu anak-anak belajar matematika dasar, musik, dan bahasa Inggris.
Rekaman itu, yang disiarkan oleh televisi pemerintah Korea Utara KRT, juga menunjukkan dua robot plastik yang lebih besar, masing-masing dengan penampilan samar-samar seperti manusia.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah mendorong reformasi pendidikan dalam beberapa tahun terakhir dengan memacu inovasi teknologi dan ilmiah.
"Saya membantu mengajarkan teknologi pendidikan yang meningkatkan kecerdasan anak-anak," ujar robot setinggi 80 sentimeter (31,5 inci) dengan suara perempuan sambil melambaikan tangannya, mengutip Reuters 3 November.
Robot kedua menampilkan wajah tersenyum di layar yang tertanam di dalam kepala bundar putih, sementara yang lain mengenakan setelan plastik biru dan kacamata berbingkai putih, rekaman KRT menunjukkan.
Park Kum Hee, seorang profesor di sebuah universitas di Pyongyang, mengatakan kepada KRT, pengembangan robot pendidikan pada awalnya memiliki tantangan, dengan robot sering menggelengkan kepala ketika ditanya pertanyaan dalam bahasa Korea dan asing.
"Meningkatkan kecerdasan robot ini sulit bagi saya sebagai seseorang yang mengambil jurusan psikologi," ungkap Park.
"Itu adalah kata-kata dari Kamerad Jenderal (Kim Jong-un) yang kami hormati tentang mengadopsi teknologi kecerdasan buatan dalam pendidikan yang selalu membimbing saya di jalur yang benar," sambungnya.
Rekaman KRT menunjukkan siswa sekolah dasar yang mengenakan topeng mengulangi robot di kelas musik, matematika dan bahasa Inggris.
"Halo? Senang bertemu denganmu. Senang bertemu denganmu juga. Siapa namamu?" kata dua anak dalam bahasa Inggris di depan kelas.
BACA JUGA:
Korea Utara membuka kembali sekolah pada Juni tahun lalu, tetapi mewajibkan anak-anak untuk memakai masker di kelas dan tempat cuci tangan dipasang.
Untuk diketahui, Korea Utara belum secara resmi melaporkan satu kasus pun virus corona, tetapi telah memberlakukan tindakan anti-virus yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik, dan para ahli mengatakan wabah di sana tidak dapat dikesampingkan.