Tuntut Kenaikan Gaji dan Tunjangan Virus Corona, Masinis Kereta Jerman Gelar Pemogokan
JAKARTA - Masinis kereta penumpang dan barang di Jerman menggelar aksi mogok, terkait dengan tuntutan kenaikan gaji, serta pemberian tunjangan virus corona sebanyak satu kali.
Pemogokan yang dimulai pada Rabu waktu setempat tersebut, menambah tekanan pada rantai pasokan Eropa, serta membuar frustasi penumpang seiring dengan melonjaknya permintaan selama liburan panas, dengan dilonggarkannya penguncian.
Perusahaan jasa layanan kereta Jerman Deutsche Bahn dalam pernyataannya mengumumkan, dengan sekitar 190 kereta barang yang menganggur, pemogokan dapat berdampak besar pada rantai pasokan industri di Jerman dan di seluruh Eropa, yang telah mengalami kemacetan karena COVID-19.
Juru bicara Deutsche Bahn Achim Stauss mengatakan, perusahaan berusaha untuk menjaga satu dari empat kereta jarak jauh tetap beroperasi, dengan setidaknya melakukan perjalanan setiap dua jam antara kota-kota besar.
"Kami melakukan yang terbaik untuk membawa orang ke tujuan mereka hari ini," kata Stauss, mendesak para pelancong untuk menunda perjalanan yang tidak perlu, mengutip Reuters Kamis 12 Agustus.
Dengan pemogokan yang direncanakan berlangsung hingga Jumat dinihari waktu setempat, banyak penumpang yang terdampar berdiri menunggu kereta mereka yang tertunda di stasiun-stasiun di seluruh Jerman.
Sementara itu, sebuah survei oleh Forsa untuk penyiar televisi RTL dan n-tv menunjukkan, 50 persen responden menentang pemogokan, sementara 42 persen melihatnya sebagai hal yang wajar.
"Pemogokan itu bisa dimengerti. Saya mendukungnya, tetapi masalahnya adalah hampir tidak ada informasi di internet tentang itu," uajr David Jungck, seorang pelancong yang terdampar di stasiun kereta api utama Berlin.
Dari kalangan pelaku usaha, Asosiasi Industri Mobil VDA Jerman mengatakan pemogokan dapat menambah masalah di industri logistik, yang saat ini tengah berjuang untuk pulih dari dampak pandemi.
"Jika pemogokan berlangsung lebih lama, biaya yang cukup besar dapat timbul bagi perusahaan karena rantai pasokan yang terputus dengan cepat menyebabkan penghentian produksi," urai presiden VDA Hildegard Mueller kepada Reuters.
Terpisah, Serikat GDL, yang mewakili kelompok masinis, akan memutuskan minggu depan apakah akan melanjutkan pemogokan, kata ketuanya Claus Weselsky kepada penyiar ZDF pada hari Rabu.
Weselsky mengatakan pemogokan, yang dimulai pada pukul 02.00 dinihari untuk layanan penumpang pada Hari Rabu, telah berhasil sejauh ini, membuat sekitar 700 kereta berhenti.
"Rekan-rekan kami mogok dengan cara yang sangat disiplin," ungkap Weselsky kepada Reuters, seraya menambahkan serikat pekerja hanya akan kembali ke meja perundingan, jika Deutsche Bahn membuat tawaran gaji yang lebih baik.
GDL menuntut kenaikan upah sekitar 3,2 persen dan tunjangan virus corona satu kali sebesar 600 euro. Sementara, Deutsche Bahn telah menawarkan kenaikan upah dalam dua langkah untuk dua tahun ke depan, tetapi serikat ingin kenaikan itu berlaku lebih awal.
Baca juga:
- Arab Saudi Buka Umrah untuk Anak Usia 12-18 Tahun yang Telah Menerima Dua Dosis Vaksin COVID-19
- Perusahan Keamanan Siber Ungkap Aktivitas Peretas China, Incar Israel hingga Iran
- Otoritas Bangladesh Mulai Vaksinasi COVID-19 untuk Puluhan Ribu Pengungsi Muslim Rohingya di Cox's Bazar
- Prancis Wajibkan Warganya Tunjukkan 'Tiket Bebas COVID-19' untuk Akses Kafe hingga Layanan Kesehatan
Sempat melaporkan kerugian 5,7 miliar euro pada 2020, Deutsche Bahn, perusahaan kereta api milik negara, mengatakan bisnis telah pulih sejak April, karena pembatasan perjalanan COVID-19 berkurang dan lalu lintas kargo membaik.
Perusahaan itu juga memperkirakan akan kembali mendapat untung pada tahun 2022 mendatang. Namun, banjir yang melanda Jerman barat bulan lalu telah menyebabkan kerusakan sekitar 1,3 miliar euro.
Untuk diketahui, pemogokan kereta api terakhir di Jerman diserukan oleh serikat pekerja EVG pada Desember 2018 dan hanya berlangsung empat jam.