Erick Thohir Sebut <i>Holding</i> Pelabuhan Bisa Tekan Biaya Logistik di Indonesia
Menteri BUMN, Erick Thohir. (Foto: Dok. Kementerian BUMN)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus bertransformasi dan efisiensi ditengah tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah dengan membentuk holding BUMN pelabuhan. Dengan adanya holding ini, infrastruktur peningkatan peti kemas dapat terealisasi di tahun ini.

Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, terbentuknya infrastruktur peti kemas tersebut akan menekan biaya logistik di Indonesia yang terkenal sangat tinggi. Sehingga kedepannya biaya logistik Indonesia akan jauh lebih kompetitif.

Lebih lanjut, Erick mengatakan biaya logistik di Indonesia kurang lebih 23 persen, sementara negara di dunia rata-rata 13 persen. Sehingga, biaya logistik di Tanah Air jauh lebih mahal 11 persen.

"BUMN kita menggabungkan Pelindo menjadi satu kekuatan. Nanti peti kemas Pelindo itu nomor 9 terbesar di dunia secara kapasitas, ini belum pernah terjadi dan akan terjadi di tahun ini. Selama 20 tahun ini macet, kita lakukan itu," katanya saat Live Instagram pada Rabu, 11 Agustus.

Sekadar informasi, sejak setahun lalu pemerintah berencana menggabungkan atau merger BUMN pelabuhan mulai dari Pelindo I hingga Pelindo IV. Langkah tersebut diyakini akan memperbaiki kualitas logistik Indonesia.

Nantinya akan ada empat subholding berdasarkan klaster bisnis yakni peti kemas, non-peti kemas, logistik dan hinterland development, serta marine equipment dan port services.

Sebelumnya, Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono mengatakan, rencana penyatuan ini akan dilakukan pada September 2021. Selain penggabungan induk Pelindo, nanti akan didirikan sub holding dapat diimplementasikan.

Arif mengungkapkan, ada permasalahan yang berbeda di masing-masing pelabuhan. Seperti biaya logistik yang tinggi akibat operasional dan infrastruktur pelabuhan yang kurang optimal sehingga waktu tunggu dan koneksifitas kurang maksimal.

"Masalah kedua yang dihadapi dalam industri pelabuhan yaitu struktural yang kurang optimal. Untuk mengembangkan operasional dan infrastruktur sehinggga menyebabkan efisiensi dan kurang optimalnya belanja modal," pungkasnya.